Minggu, 19 Mei 2013

Kekalahan

Mengalami kekalahn atau kalah dalam pertandingan mungkin adalah hal yang biasa, karena dalam sebuah pertandingan pasti ada yang menjadi pemenang dan ada yang kalah, ya begitulah yang saya rasakan beberapa hari yang lalu, sebelumnya kami atau team saya selalu menang dalam bertanding namun entah mengapa waktu itu kami mengalami dan merasakan artinya kalah. Rasanya dikalahkan benar-benar membuat  saya merasa kurang nyaman atau merasa terpikirkan selama beberapa hari mengapa saya bisa kalah.
Berbeda ketika saya menang saya merasa bangga kepada diri saya dibandingkan ketika saya kalah yang terpikirkan hanyalah rasa kecewa bahkan membuat saya tidak tidur nyenyak.
Mungkin saya dapat dikatakan egois atau apalah karena ingin selalu menang, tapi itulah diri saya, itulah yang membuat saya bahagia, bagi saya menang itu adalah kewajiban atau keharusan yang harus saya capai atau dapatkan, dan ingatlah yang kalah pasti akan dikatakan Pecundang dan saya tak mau kata itu tertuju pada saya. untuk itulah saya harus menang,menang, dan menang....

Rabu, 15 Mei 2013

kepiting bakau


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
 Kepiting bakau (scylla sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau (mangrove). Dengan sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan pantai nusantara, maka tidak heran jika indonesia dikenal sebagai pengeskpor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara produsen kepiting lainnya.potensi kepiting di Indonesia yang sangat memungkinkan. Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia (Irmawati. 2005). Wilayah laut tersebut di taburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang didunia setelah kanada. Di sepanjang pantai tersebut kurang lebih 1,2 juta Ha memiliki potensi sebagai lahan tambak, yang digunakan untuk mengelola tambak udang baru 300.000 Ha, sisanya masih belum dikelola. Maka dari itu peluang untuk membangun budidaya kepiting masih terbuka lebar. Dan salah satu daerah yang memiliki potensi tersebut adalah Kalimantan Barat (Rosmaniar, 2008). Kepiting sangat banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan daging kepiting tidak hanya lezat tetapi juga menyehatkan karena banyak mengandung nutrisi yang penting bagi kehidupan dan kesehatan. Selain itu juga kepiting juga memiliki ekonomis tinggi, salah satunya adalah kepiting bakau (scylla sp). Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup diperairan payau, khususnya di hutan-hutan mangrove. Dengan sumber daya mangrove yang membentang luas diseluruh kawasan pantai nusantara, maka tidak heran Indonesia dikenal sebagai pengekspor keping yang cukup besar. Kepiting bakau mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik dipasar domestik maupun mancanegara. Dikarenakan nilai ekonomis kepiting yang terus meningkat, banyak para petani membudidayakan kepiting ditambak. Tetapi sayangnya prospek bisnis yang menjanjikan ini belum mendapakan perhatian untuk pembudidaya yang ada di Kalimantan Barat. Karena kepiting merupakan nilai ekonomis penting yang menjanjikan dan belum mendapatkan perhatian bagi pembudidaya.


1.2  Tujuan penulisan
 Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk mempelajari tengtang molusca kepiting bakau agar kedepan bisa lebih memahami bagaimana seluk beluk tentang kepiting bakau baik segi morfologi, kelasifikasi, habitat dan reproduksi dari kepiting bakau itu sendiri.
1.3  Manfaat penulisan
Adapun  manfaat dari penulisan makalah adalah untuk memberikan informasi tengtang molusca kepiting bakau sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian atau yang memerlukannya.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Habitat
 Menurut Ghufron (1997) dalam pertumbuhannya semua jenis kepiting sering berganti kulit (moulting). Habitat kepiting tergantung dari daur hidupnya, dalam menjalani hidupnya kepiting beruaya dari perairan pantai keperairan laut, kemudian induk dan anak-anaknya kembali keperairan pantai, muara-muara sungai atau hutan bakau. Kepiting yang siap melakukan perkawinan akan masuk keperairan hutan bakau atau tambak. Setelah melakukan perkawinan itu, kepiting betina perlahan-lahan meninggalkan pantai ketengah laut untuk berpijah. Setelah telur menetas maka muncul larva tingkat 1 (Zoea 1) dan terus-menerus berganti kulit sambil terbawa arus ke perairan pantai. Kanna (1991) bahwa kepiting muda yang baru berganti kulit dari megalopa yang memasuki muara sungai dapat mentoleransi salinitas air yang rendah (10-24 ppt) dan suhu diatas 10oC. Menurut Ghufron (1997) mengatakan penyebaran kepiting cukup luas mulai dari Selatan dan Timu Afrika, Mozambi, terus ke Iran, pakistan, India, Srilanka, Bangladesh, Negara ASEAN, Cina, Vietnam, Kamboja, Jepang, Taiwan, Lautan Pasifik, Hawai, Selandia Baru dan Australia Selatan.
2.2  Morfologi
 Kepiting bakau (Scylla sp) memiliki ukuran lebar karapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan disamping kanan serta kirinya terdapat sembilan buah duri. Kepitng bakau jantan mempunyai sepasang capit yang dapat mencapai panjang hampir dua kali lipat daripada panjang karapasnya, sedangkan kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting baku juga memiliki 3 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau berjenis kelamin jantan ditandai dengan abdoment bagian bawah berbentuk segitiga meruncin, sedangkan pada betina kepiting bakau melebar (Soim 1994).
2.3 Organ
 organ dalam Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek, 2008).
2.4 Ciri
Deskripsi kepiting bakau menurut Rosmaniar (2008), Famili portumudae merupakan famili kepiting bakau yang mempunyai lima pasang kaki. Pasangan kaki kelima berbentuk pipi dan melebar pada ruas terakhir. Karapas pipi atau cagak cembung berbentuk heksagonal atau agak persegi. Bentuk ukuran bulat telur memanjang atau berbentuk kebulatan, tapi anterolateral bergigi lima sampai sembilan buah. Dahi lebar terpisah dengan jelas dari sudut intra orbital, bergigi dua sampai enam buah, bersungut kecil terletak melintang atau menyerong. Pasangan kaki terakhir berbentuk pipih menyerupai dayung. Terutama ruas terakhir, dan mempunyai tiga pasang kaki jalan. Kepiting bakau Scylla serrta memiliki bentuk morfologi yang bergerigi, serta memiliki karapas dengan empat gigi depan tumpul dan setiap margin anterolateral memiliki sembilan gigi yang berukuran sama. Kepiting bakau memiliki capid yang kuat dan terdapat beberapa duri (Motoh 1979 dan Perry 2007).
2.5 Nilai Ekonomis
 Kepiting bakau merupakan salah satu sumber hayati perairan bernilai ekonomis tinggi. Jenis kepiting ini telah dikenal baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya yang leza dan bernilai gizi yang tinggi yakni mengandung berbagai nutrien penting. Di Indonesia terdapat 4 jenis kepiting bakau yaitu Scylla serrata, S. Tranquebarica, S.paramamosain dan S.olivacea. Keempat jenis kepiting bakau tersebut sangat potensial untuk dibudidayakan. Dengan ini kmi sebagai agen kepiting dalam masa sekarang sedang mencoba untuk membudidayakan kepiting bakau ini, karena mengharapkan tangkapan nelayan tidak dapat mencukupi pesanan costumer diberbagai wilayah di Indonesia.
2.6 Cara Makan
Kanna (1991) mengemukakan bahwa pakan yang diberikan untuk kepiting berupa potongan-potongan daging ikan, cumi-cumi, maupun daging udang, dan ukuran pakan juga disesuaikan dengan kemampuan kepiting untuk mencengkram pakan. Kepiting tergolong pemakan segala (omnivora) dan pemakan bangkai (scavenger). Sedangkan larva kepiting memakan plankton. Kepiting tergolong hewan nocturnal, pada saat siang hari keping cendrung membenamkan diri atau bersembunyi didalam lumpur.


 2.7 Reproduksi
 Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting terjadi di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan telur-telurnya pada tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan untuk menyimpan sperma sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang akan dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah telur dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian bawah perut (abdomen). Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea ke perairan, sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar dapat dengan mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai plankton dan melakukanmoulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Prianto, 2007).
  

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepiting bakau (scylla sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau (mangrove). Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Deskripsi kepiting bakau menurut Rosmaniar (2008), Famili portumudae merupakan famili kepiting bakau yang mempunyai lima pasang kaki. Jumlah telur yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan menetas setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal dengan “zoea”.
3.2 saran Penulis merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan/saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua.
  

DAFTAR PUSTAKA

Irmawati. 2005. Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau Scylla sp Di Kawasan Mangrove Sungai Keera Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, Lembaga Penelitian UNHAS, (Online), (http://www.unhas.ac.id, diakses 15November 2012). Juwana, S. 2004. Penelitian Budi Daya Rajungan dan Kepiting: Pengalaman Laboratorium dan lapangan, Prosiding Simposium Interaksi Daratan dan Lautan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Purwaningsi S, DKK. 2005. Pengaruh Lama Pentimpanan Daging Rajungan Dan Keping Rebus Pada Suhu Kamar. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol VIII Nomor 1 Tahun 2005 Ghufron, Kardi. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng. Dahara Prize. Semarang. Kanna, Iskandar. 1991.Budidaya Kepiting Bakau. Kanisius. Yogyakarta Surahman, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito : Bandung. Soim, Ahmad. 1994. Pembesaran Kepiting. Swadaya. Jakarta.

Selasa, 14 Mei 2013

alat tangkap jermal


Jermal adalah perangkap pasang surut (tidal trap) yang merupakan ciri khas alat penangkapan yang terdapat di perairan Sumatera bagian Utara. Pada prinsipnya, jermal ini terdiri dari jajaran tiang-tiang pancang yang merupakan sayap, jaring jermal dan rumah jermal. Jajaran tiang pancang terbuat dari pohon nibung (Oncosperma spp), kayu pohon bakau (Rizhopora spp), kayu tengar (Ceriop spp) berukuran panjang antara 12–15cm, garis tengah 10-20cm. Jaring jermal terdiri dari tiga bagian : mulut, badan, dan kantong. Jaring jermal ini bentuknya bisa menyerupai tikar (jermal biasa), berbentuk kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal), berbentuk gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan, ambai jermal), rumah jermal, merupakan plataran (platform) tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan. Jarak pemasangan jermal biasanya sekitar antara 3-6mil dari pantai. Untuk pengoperasional jermal tidak diperlukan perahu atau kapal. Perahu atau kapal hanya digunakan sebagai alat transportasi, untuk mengambil hasil tangkapan.
A.2. Sejarah Alat Tangkap
Alat penagkapan ikan ini muncul di masyarakat primitif dengan bentuk tambak, panah, lembing, harpon, dan pancing yang terbuat dari batu, kulit kerang, talang, dan gigi binatang. Untuk menangkap ikan secara pasif di perairan dangkal, penghadang terbuat dari tanah atau batu, ranting serta kerei rotan dan terowongan dibangun. Kemudian ikan ditangkap di dalam batang kayu yang berlubang, perangkap dari tanah liat dan keranjang. Penangkapan yang lebih aktif dilakukan dengan lembing, sumpitan, penjepit, dan alat penggaruk bersamaan dengan pancing.
Munculnya jaring yang terbuat dari serat merupakan langkah penting dari perkembangan alat tangkap tradisional. Alat tangkap perangkap khususnya jermal ini merupakan perkembangan dari alat tangkap yang digunakan masyarakat primitif tersebut. Jermal ini memiliki jaring yang bahannya terbuat dari anyaman rotan sebelum ditemukannya pembuatan bahan dasar jaring sintetis serat alami. Alat tangkap jermal ini banyak digunakan pada jaman sebelum perang dunia kedua, yang sampai sekarang masih digunakan oleh nelayan tradisional.
A.3. Prospektif Alat Tangkap
Alat tangkap jermal tersebut masih merupakan alat tangkap tradisional yang kurang memiliki prospek ke depan yang baik. Mengingat sifat dari alat tangkap jermal pasif dan skala penangkapannya kecil. Dari sifat jermal yang pasif, jermal tergantung sekali pada masa-masa tertentu, yaitu pada saat ikan beruaya saat spawning (memijah) yang memanfaatkan saat pasang air laut. Sehingga jika ikan belum pada saat memijah dan beruaya maka jermal tidak menghasilkan tangkapan atau hasil tangkapan hanya sedikit sekali.
Selain itu juga masih banyak ditemukannya alat tangkap modern yang lebih efektif dan memilki skala penangkapan yang besar dibanding alat tangkap jermal. Sehingga jermal hanya digunakan di wilayah tertentu oleh nelayan-nelayan yang masih bersifat sangat tradisional.
B. KONSTRUKSI ALAT
B.1. Kontruksi Umum
Kontruksi dari jermal ini secara umum terdiri dan dilengkapi dengan jajaran tiang pancang yang biasanya disebut sayap atau kaki tanpa sayap yang pada daerah tertentu disebut toga, sici, pengerih, gombong dan sebagainya. Bagian lainnya adalah jaring jermal yang ditempat di bawah rumah jermal atau plataran atau platform yang merupakan tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan dan tempat tinggal pekerja-pekerja jermal yang umumnya terdiri dari 6-8 orang.
B.2. Detail Kontruksi
B.3. Karakteristik
Alat tangkap perangkap jermal adalah alat tangkap yang dioperasikan di tempat-tempat tertentu dengan pantai dengan topografi perairan umumnya terdiri dari lumpur, lumpur pasir tidak keras, sehingga memberi kemudahan dalam penanaman tiang pancang yang merupakan unsur utama dalam sistem perikanan perangkap. Alat perangkap ini bersifat pasif yang terdiri dari 3 macam yaitu permanen, semi permanen, dan selain itu bersifat temporer.
B.4. Gambar Teknis
B.5. Bahan dan Spesifikasinya
Bahan yang digunakan dalam pembuatan jaring jermal adalah adalah nylon yang sebenarnya adalah hanya merupakan salah satu dari jenis-jemis serat synthetis dalam golongan polyamide. Dalam rangkaian proses pembuatan serat-serat ini termasuk juga rangkaian proses penggandaan (polimerisasi) molekul-molekul dari bahan-bahan persediaan alam seperti bahan bara, minyak bumi, dan sebagainya.
Dalam pembuatan jaring jermal tersebut, dalam beberapa hal lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan serat-serat alam ataupun serat-serat kimia dari Natural Polymer, terutama daya tahan terhadap pembusukan atau pelapukan, kekenyalan, daya lentur dan sebagainya.
C. HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap jermal tersebut, terutama jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai. Di antaranya yaitu biang-biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Scinea spp), puput, matabello (Pellona spp), bawal putih (Pampus argentus), tenggiri (Sconberomorus spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok (Chirosenrus spp), kakap (Lates calcarifer), senangin (Polynemus spp) selanget (Dorosoma spp), beloso (Sourida spp), pari (Rays), dan lain-lain.
D. DAERAH PENANGKAPAN
Yang menjadi fishing ground ialah daerah-daerah pantai dan daerah teluk, daerah di mana ikan-ikan bermigrasi ke daerah tersebut. Sungguhpun sangat dikehendaki bahwa arah renang ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan sejajar dengan garis pantai, tetapi bila tempat yang dilalui ini berada jauh dari pantai, maka dalam usaha pemasangan dan operasi harian rutin akan mengalami banyak kesukaran dalam pelaksanaannya.
Depth dari fishsing ground harus diperhitungkan dengan menggunakan bambu atau kayu. Sebagai pancang jaring akan lebih stabil berada di tempat juga bentuk jaring dalam air akan lebih dapat dikontrol karena jika kedalaman terlalu dalam maka penggunaan bambu atau kayu sebagai pancang akan mengalami kesukaran dan kita haruslah menggunakan jangkar.
Arus pada daerah fishing ground haruslah sekecil mungkin ataupun tidak ada sama sekali. Akibat dari arus, jaring akan mengalami perubahan bentuk, menghalang-halangi ikan yang akan memasuki jaring, juga kita akan mengalami kesukaran pada waktu pengangkatan jaring (operasi). Pada tempat yang berarus kuat, jaring akan lekas rusak.
Fishing ground haruslah terlindungi dari angin yang kuat, karena akibat hembusan angin akan menimbulkan gelombang. Hal ini akan mempersukar kerja operasi.
Daerah distribusi jermal terutama terdapat di Panipahan, Bagan Siapi-api, Pulau Merbau, Imigrasi Hilir di Riau, Tanjung Tiram, Sumatera Utara, Tanjung Ledong, Sei Brombang, Labuhan Bilib, Bagan Asahan, Pangkalan Dedek, Pangkalan Brandan, Bandar Kalifah, Tanjung Biringin, Sialang Buah dan Belawan.
E. ALAT BANTU PENANGKAPAN
Dalam pengopaerasian jermal pengambilan hasil dilakukan terlebih dahulu. Bagian bawah mulut (bibir) ke atas kemudian diikuti bagian-bagian tengah, sehingga ikan hasil tangkapan yang terdapat dalam jaring perlu diciduk dengan tangkul atau scoop net yang bertangkai panjang. Selain itu juga diperlukan kayu atau bambu sebagai pagar dan anjang-anjang sebagai jalan masuknya gerombolan ikan yang beruaya ke pantai dan sebagai penghadang yang berfungsi mengajak ikan ke arah jaring.
F. TEKNIK OPERASI
Prinsip dasar dari jermal seperti yang telah diuaraikan di depan adalah mengusahakan ikan untuk memasuki jaring tersebut, setelah dihadang seraya diajak memasuki bubu jermal, lalu setiap hari pada waktu-waktu tertentu jaring itu diangkat ataupun setelah dilihat dan diperhitungkan bahwa ikan-ikan telah memasuki jaring, lalu jaring diangkat. Tata cara penangkapan ikan seperti tersebut di atas adalah merupakan prinsip dari set net yaitu semua alat tangkap berupa perangkap (sero, jermal, ambai jermal).
Alat tangkap perangkap jermal terhadap ikan yang menjadi tujuan penangkapan sifatnya pasif. Struktur dari jaring besar jika dipasang untuk sesuatu musim, maka sukar untuk memindah-mindahkannya, maka faktor penentu tempat sangatlah penting.
Cara pengoperasian penangkapan ikan yang dilakukan dengan jermal adalah dengan menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong jaring terbuka secara sempurna. Kemudian tunggu antara 20-30 menit sementara menunggu diangkat. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas sehingga menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.
G. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PENANGKAPAN
Penentuan Tempat
Seperti yang sudah dijelaskan di atas behwa yang menjadi tempat penangkapan atau fishing ground ialah daerah-daerah Teluk, daerah di mana ikan-ikan dalam costal migrationnya melalui daerah tersebut. Karena jaring jermal ini terpasang lama (semusim, beberapa bulan) di suatu fishing ground , maka perlulah dicari tempat yang sesuai untuk hal-hal pemasangan dan pengangkatan jaring, management dan lain-lain. Tempat-tempat seperti yang jauh dari pangkalan, sukar ditempuh, di daerah tebing yang terjal, tentulah dalam hal pemasangan jaring jermal juga dalam hal-hal lain akan mengalami banyak kesukaran. Oleh karena itu penentuan tempat merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencapai keberhasilan penangkapan dengan menggunakan jaring tersebut.
Kondisi Perairan di mana jaring tersebut di pasang.
Kondisi perairan yang menguntungkan adalah adanya perbedaan pasang dan surut yang tingginya mencapai 4-6 meter. Serta topografi dasar perairan harus terdiri dari lumpur, lumpur pasir, tidak keras sehingga memudahkan pemasangan jaring tersebut. Selain itu juga ikan-ikan atau udang yang tertangkap dengan perangkap pasang surut (Tidal trap) itu disebabkan terbawa kuatnya arus pasang surut kemudian masuk ke dalam kantong jaring yang telah dipasang (diset) lebih dahulu

Kamis, 09 Mei 2013

bahaya merokok (contoh pidato)


Pidato 


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama marilah klita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kita sehingga pada kesempatan ini kita dapat berkumpul tanpa ada halangan apapun.

Saya ucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato bertema “BAHAYA MEROKOK”

Hadirin yang nerbahagia,
Rokok bukanlah hal asing lagi bagi kalangan kita karena setiap jam, setiap hari, pasti kita jumpai, dan juga banyak orang yang tahu bahaya merokok, tapi tidak banyak yang peduli.
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok.
1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.
3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.
5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.

Hadirin yang berbahagia,
Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia - Akibat Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang. Masalahnya adalah, udara yang mengandung asap rokok, dan anda hisap, akan mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat-zat berbahaya, diantaranya :

TAR Mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker.
NIKOTIN Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan
KARBON MONOKSIDA (CO) Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

Hadirin yang berbahagia,
Semua orang yang biasanya perokok berat bisa juga berhenti merokok begitu saja, beberapa alasan untuk berhenti merokok antara lain sebagai berikut :
1. Wajah keriput
Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang diperlukan sel kulit Anda dengan jalan menyempitkan pembuluh darah di sekitar wajah. Sehingga akan menyebabkan keriput.
2. Gigi berbercak dan nafas bau.
Partikel dari rokok sigaret dapat memberi bercak kuning hingga cokelat pada gigi Anda, dan ini juga akan memerangkap bakteri penghasil bau di mulut Anda. Kelainan gusi dan gigi tanggal juga lebih sering terjadi pada perokok.
3. Anda dan di sekitar’ menjadi bau.
Rokok sigaret memiliki bau yang tidak menyenangkan dan menempel pada segala sesuatu, dari kulit dan rambut Anda sampai pakaian dan barang-barang di sekitar Anda. Dan bau ini sama sekali bukan hal yang membangkitkan selera pasangan maupun teman-teman.
4. Tulang rapuh
Sejumlah penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan osteoporosis pada pria dan wanita. Sebuah penelitian mengamati kasus patah tulang pinggul pada wanita lansia, dan menyimpulkan bahwa satu dari 8 kasus patah tulang itu disebabkan oleh kehilangan massa tulang yang disebabkan oleh merokok.
5. Kebakaran
jika Anda ceroboh, saat merokok clan membuang puntung rokok yang masih menyala ke sembarang tempat dapat menyebabkan kebakaran.
Hadirin yang berbahagia,
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Apabila ada kesalahan dalam saya menyampaikan pidato saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wabilahitaufik walhidayah,
Wasalamualaikum, Wr. Wb.