BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Perikanan adalah proses
pengolahan dan pemanfaatan lebih lanjut dari hewan yang hidup di air seperti
ikan dan sejenis ikan dengan cara memanfaatkan sumber daya manusia, tumbuhan,
makhluk hidup dan alat-alat lainnya. Di negara Indonesia yang kaya akan
berbagai sumber daya perairan, bidang perikanan dikelola oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP). Maksudnya Departemen Kelautan dan Perikanan
sebagai pengatur dan pemberi kebijakan-kebjakan mengenai perikanan agar sumber
daya perairan di Indonesia dapat dimanfaatkan sebik-baiknya untuk kesejahteraan
rakyat (Josupeit dan franz, 2003).
Untuk memperoleh sumberdaya periran yang berkualitas, salah satu hal
yang perlu diperhatikan adalah kuailtas airnya.
Kualitas
air dapat mempengaruhi hasil perikanan, lima syarat utama kualitas air bagi
kehidupan ikan adalah Rendah kadar amonia dan nitrit, bersih secara kimiawi,
memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai, Rendah kadar cemaran
organik, dan stabil. Kualitas
air secara umum menunjukkan mutu dan kondisi air dikaitkan dengan keperluan
tertentu misalnya kualitas air untuk irigasi dan kualitas air untuk minum. Dalam
lingkup akuarium, secara umum kualitas air mengacu pada cemaran yang dikandung
dalam perairan yang menunjang kehidupan pada ekosistem tersebut. Air yang
jernih bukan berarti air yang baik untuk ikan, jernih bukanlah salah satu
syarat kualitasnya air. Bahkan sering dijumpai ikan hidup berkembang dan tumbuh
dengan subur pada peraian yang terkesan kotor oleh manusia (Josupeit dan Franz, 2003).
Jernih
ataupun kotornya suatu perairan di pengaruhi oleh parameter air misalnya
parameter kecerahan, suhu, kadar nitrat dan posfat serta kandungan oksigen dan
karbondioksida. Dalam lingkungan perairan, ikan melakukan interaksi aktif
dengan energi seperti oksigen (O2),
karbon dioksida (CO2), garam-garam dan sisa metabolisme. Pertukaran
materi ini terjadi antar muka, pada bahan berupa membran semipermeabel yang
terdapaat pada ikan, jika terdapat suatu
bahan-bahan tertentu dengan jumlah yang tertentu akan menggagu mekanisme kerja
membran tersebut dan menyebabkan kematian pada ikan (Triyanto & Dwijono 2010).
Berdasarkan
latar belakang di atas maaka kami ingin melakukan penelitian di derah maros
untuk melihat kualitas air berdasarkan parameter.
I.2. Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama
Studi Ilmiah Perairan (SIP)
I.3. Maksud Dan
Tujuan
I.3.1. Maksud
Maksud diadakan
kegiatan ini adalah untuk mengetahui kisaran parameter Oksigen, karbon
dioksida, Nitrat, Phospat, Suhu, Kecerahan serta mengukur kedalaman pada suatu
perairan.
I.3.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Studi Ilmiah Perairan adalah :
Untuk mengetahui kisaran parameter pada suatu perairan.
untuk mengukur parameter fisika dan parameter kimia pada
suatu perairan.
untuk membandingkan hasil yang diperoleh pada saat teori dan
hasil yang diperoleh di lapangan.
I.4. Waktu
Pelaksanaan
Kegiatan Pra-Studi
ilmiah perairan dilaksanakan pada :
Tanggal : 06 – 17 JUNI 2013
Pukul : 09.00 WITA
Tempat : Sekret HMP MSP
Kegiatan Studi
Ilmiah Perairan dilaksanakan pada :
Tanggal : kamis, 20 -
21 Juni 2013
Pukul : 09.00 WITA
– SELESAI
Tempat :
Tebing kura-kura, Desa Leang-Leang, kabupaten
Maros.
I.5. Penanggung
Jawab Kegiatan
Penanggung Jawab Kegiatan Studi Ilmiah Perairan adalah :
Kordinator Stering comitte :
Ignasius Yalfet
Stering
Comitte :
Khaerul S.Pi
Muh. Yusfi Yusuf
Rudi Rahmat
Adi Pranata Sofyan
Ketua :
Junardiawan Sandi Ode
Kordinator
Lapangan : Sahrianto
I.6 Personel
Pelaksana
Nama :
Mega Sriutami
Nama :
Nur Wahida
Nama :
Rima
Nama :
Muh. Amirsyah
Nama :
Maghfira F.A.R
Nama :
Resky Kurniansyah
Nama :
Nirmala Sari
Nama :
Hasriyadi
Nama :
A. Nurhanna
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam
keberlangsungan kehidupan makhluk
hidup, Oksigen sangat di perlukan untuk bernapas
maupun di perlukan untuk proses biologi, kimia dan fisika. Di dalam suatu perairan, oksigen
diperlukan oleh organisme yang mempunyai ukuran tubuh yang besar maupun
yang kecil dimana penggunaan oksigen tergantung pada kondisi tubuhnya dan
aktivitasnya. Oksigen mempunyai peranan penting dalam kehidupan seluruh makhluk
hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Makhluk darat menghirup oksigen yang
terdapat pada udara bebas, sedangkan makhluk yang hidup di dalam air
menghirup oksigen yang terlarut di dalam air (terikat). Kebutuhan oksigen pada biota air mempunyai dua aspek kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada
kebutuhan metabolisme (Asmawi, 1986).
Kadar oksigen dalam air laut yang normal
biasanya antara 4-6 ppm. Sedangkan kadar oksigen di udara bebas yaitu 20 %
(200.000 ppm). Kadar O2 dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung
dari organisme yang ada di dalam air tersebut. Makin banyak organisme (ikan,
plankton, tanaman air) di dalam air makin banyak pula pemakaian O2 untuk pernapasan berarti makin
sedikit kandungan O2 dalam air.
Apabila organisme tersebut berupa fitoplankton atau tanaman air maka pada siang
hari makin banyak kandungan O2 dalam air, karena fitoplankton
dan tanaman air tersebut menghasilkan O2 sebagai sisa proses fotosintesa (Bayard,
1983).
Oksigen
diperlukan ikan untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan untuk
aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Laju pertumbuhan dan
konversi pakan juga sangat tergantung pada kandungan oksigen. Nilai oksigen di
dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting karena kondisi yang kurang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
dapat mengakibatkan ikan stress sehingga
mudah terserang penyakit. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air
berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
naik-turunnya kandungan oksigen.Konsentrasi oksigen yang
rendah dapat diatasi dengan menggunakan aerator ataupun kincir air. Pada level
di bawah 1 mg/l dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Beberapa
jenis ikan air tawar mampu bertahan hidup dengan konsentrasi oksigen kurang
dari 4 mg/l atau per million (ppm) tetapi nafsu makannya mulai menurun.
Untuk mempertahankan
hidupnya, maka makhluk hidup yang tinggal di air baik tanaman maupun hewan
tergantung pada kadar oksigen terlarut. Oksigen berfluktuasi secara harian
(diurnal) dan musiman tergantung pada pencampuran (miksin) dan prgerakan (turbulensi) massa air, aktifitas
fotosintesis respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Di perairan
air tawar, kadar oksigen terlarut antara 15 mg/l pada suhu 0º C dan 8 mg/l pada
suhu 25ºC.
Kandungan oksigen (O2) dalam
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas
air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda antara perairan
satu dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi
oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis organisme yang menempati
perairan tersebut.
Menurut Kordi (2004), Oksigen (O2)
merupakan salah satu faktor pembatassehingga apabila ketersediaannya dalam
perairan tidak mencukupi kebutuhan organisme yang ada, maka segala aktivitas
organisme tersebut akan terhambat. Kadar oksigen yang terlarut dalam
perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen
terlarut semakin sedikit. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan
bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur
molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen
dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.
Sumber Oksigen
(O2)
Oksigen (O2) merupakan
salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup, khususnya
didalam perairan. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi yang
tergantung pada suhu dan salinitas. Oksigen dapat bersumber dari difusi
oksigen yang terdapat diatmosfer dan aktifitas fotosintesis tumbuhan air
maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari. Difusi juga dapat terjadi karena
agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air
terjun (Effendi, 2003).
Menurut Khiatuddin (2003), oksigen
juga dapat berasal dari oksidasi karbohidrat sebagai sumber energi dalam
metabolisme tubuh dan pembakaran karbohidrat tersebut mengeluarkan kembali
karbondioksida dan air, yang sebelumnya digunakan dalam proses pembentukan
karbohidrat melalui proses fotosintesis.
Kadar Oksigen
(O2)
Dalam perairan, khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2)
terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu
25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam perairan alami
biasanya kurang dari 10 mg/l (Efendi, 2003).
Menurut Boyd (1990) dalam Caca dan
Polong (2009), besarnya oksigen yang
diperlukan oleh suatu organisme perairan tergantung
spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu,
dan sebagainya. Konsentrasi oksigen (O2) yang
rendah dapat menyebabkan stress dan kematian pada ikan. Lebih lanjut
dikatakan oleh Hanafiah (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen
(O2) dalam perairan secara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas
akar tumbuhan dan mikroba, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan
turunnya kadar O2.
Peranan Oksigen
(O2) Dalam Perairan
Menurut Zonnelved
(1991) dalam Kordi (2004) kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek,
yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan komsutif yang
tergantung pada keadaan metabolisme suatu organisme. Perbedaan kebutuhan
oksigen dalam suatu lingkungan bagi spesies tertentu disebabkan oleh adanya
perbedaan molekul sel dari organisme yang mempengaruhi hubungan antara tekanan
parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.
Organisme dalam air membutuhkan
oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan
aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan
sebagainya. Beberapa jenis organisme air mampu bertahan hidup pada
perairan dengan konsenterasi oksigen 3 ppm, namun konsenterasi minimum yang masih dapat
diterima sebagian besar organisme air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm.
Pada perairan dengan konsenterasi oksigen dibawah 4 ppm organisme masih mampu
bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan mulai menurun (Kordi, 2004).
Hubungan Oksigen
(O2) Dengan Parameter Lain
Oksigen (O2) dalam suatu perairan
tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti karbondioksida,
alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Di mana
semakin tinggi kadar oksigen yang dibutuhkan, maka karbondioksida
yang dilepaskan sedikit. Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu
ditunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang
(Efendi, 2003), hal ini di sebabkan karena semakin tinggi suhu maka sistem
metabolisme semakin meningkat juga jadi karbondioksida semakin sedikit dalam
suatu perairan.
Kadar oksigen (O2) dalam
perairan tawar akan bertambah dengan
semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam
perairan .
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah
dapatterjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi
dimana nitratmelalui nitrit akan menghantarkan
nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas ke udara atau dapat juga kembali
membentuk ammonium/amoniak melalui proses amnonifikasi nitrat(Barus, 2001).Di
perairan alami nitrat(NO2)biasanya di temukan dalam jumlah yang sedikit,karena
bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen(Effendi,2003).
Dampak Oksigen
(O2) Dalam Perairan
Pengurangan oksigen (O2) dalam air
pun tergantung pada banyaknya partikel organik dalam air yang membutuhkan
perombakan oleh bakteri melalui proses oksidasi. Makin banyak partikel organik,
maka makin banyak aktivitas bakteri perombak dan makin banyak oksigen yang
dikonsumsi sehingga makin berkurang oksigen dalam air (Lesmana, 2005).
Oksigen (O2) terlarut dalam air
secara ilmiah terjadi secara kesinambungan. Organisme yang ada dalam air
pertumbuhannya membutuhkan sumber energi seperti unsur carbon (C) yang
diperoleh dari bahan organik yang berasal dari ganggang yang mati maupun
oksigen dari udara. Dan apabila bahan organik dalam air menjadi berlebih
sebagai akibat masuknya limbah aktivitas (seperti limbah organik dari
industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan
pertumbuhan organisme akan berlipat ganda (Putranto, 2009).
Penanggulangan Oksigen
(O2)
Oksigen terlarut dalam air merupakan
parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi
oksigen terlarut dalam perairan selalu mengalami perubahan dalam
sehari semalam. Sehingga apabila kadar oksigen terla rut berkurang dalam air,
maka perlu dilakukan cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi
air yang mampu memutar oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam
jumlah besar. Oleh karena itu, pengelolaan dalam perairan harus
selalu diperhatikan kadar dan perubahan konsentrasi oksigen
terlarutnya (Sitanggang, 2002).
Dalam perairan, apabila terjadi
penurunan oksigen dapat dilakukan dengan
penambahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai
nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Oksigen terlarut
ini diperlukan untuk menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam
air. Kehilangan oksigen karena proses biologis ini diganti dari melarutkan
udara di dalam air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1. Pra Kegiatan
Ada pun jadwal pra-kegiatan adalah sebagai berikut :
JADWAL KEGIATAN BINA FISIK STUDI ILMIAH PERAIRAN
HMP MSP KEMAPI FIKP UNHAS
NO
|
ITEM KEGIATAN
|
HARI/TGL
|
WAKTU
|
PENANGGUNG JAWAB
|
1
|
Lari 1 x Putaran
|
Sabtu, 08 Juni 2013
|
16.00 – End
|
SC dan OC
|
2
|
Renang
|
Minggu, 09 Juni 2013
|
16.00 – End
|
OC
|
3
|
Lari 1 x Putaran + variasi
|
Jum’at, 14 Juni 2013
|
16.00 – End
|
SC dan OC
|
3
|
Renang
|
Sabtu, 15 Juni 2013
|
16.00 – End
|
OC
|
JADWAL KEGIATAN STUDI ILMIAH PERAIRAN
HMP MSP KEMAPI FIKP UNHAS
NO
|
MATERI
|
HARI/TGL
|
WAKTU (WITA)
|
KETERANGAN
(Pemateri. PJ, dll)
|
1
|
Technical Meeting
|
Kamis, 06 Juni 2013
|
09.00 – 09.45
|
Steering Committe
|
2
|
Sejarah HMP MSP KEMAPI FIKP UNHAS dan Struktur kepenguruan Periode
2012 – 2013
|
Kamis, 06 Juni 2013
|
10.00 – 11.30
|
SAEFUL BAHRI
|
3
|
Nitrat (N) dan Phosfat (F)
|
Kamis, 06 Juni 2013
|
12.00 – 13.00
|
DENNI ARISTIAWSAN
|
4
|
MANAJEMEN PERJALANAN
|
Kamis, 06 Juni 2013
|
14.00 – 16.00
|
MUHAMMAD YUSFI YUSUF
|
5
|
Organisasi dan Lembaga
|
Sebtu, 08 Juni 2013
|
14.00 – 15.30
|
ZULUNG ZACH WALYANDRA
|
6
|
BINA FISIK
|
Sabtu, 08 Juni 2013
|
16.00 – End
|
--____--
|
7
|
BINA FISIK
|
Minggu, 09 Juni 2013
|
16.00 – End
|
--____--
|
8
|
Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), dan
Alkalinitas
|
Selasa, 11 Juni 2013
|
10.00 – 11.00
|
ADHIYAAT RIDHO AGAM
|
9
|
PPGD
|
Selasa, 11 Juni 2013
|
11.30 – 13.00
|
TBM CALCANEUZ FK – UH
|
10
|
Suhu (˚C) dan pH
|
Selasa, 11 Juni 2013
|
14.00 – 15.00
|
DARNI
|
12
|
Metode Pendataan dan Sistemtika Laporan
|
Selasa, 11 Juni 2013
|
15.00 – 16.00
|
ABZHAL BASTARIE
|
11
|
Survival
|
Kamis, 13 Juni 2013
|
10.00 – 11.00
|
IGNASIUS YALFET
|
12
|
Kepadatan dan Kerapatan Ekosistem Mangrove
|
Kamis, 13 Juni 2013
|
11.00 – 13.00
|
MUHAMMAD NUR / ARNOLD KABANGGA / SABILI RASAD
|
13
|
BINA FISIK
|
Jum’at, 14 Juni 2013
|
16.00 – End
|
--____--
|
14
|
BINA FISIK
|
Sabtu, 15 Juni 2013
|
16.00 – End
|
--____--
|
15
|
SIMULASI
|
Minggu, 16 Juni 2013
|
08.00 - End
|
--____--
|
16
|
Pengaplikasian Medan
|
Rabu – Kamis,
19 – 20 Juni 2013
|
-
|
|
17
|
Masa Tenggang
(Pembuatan Laporan)
|
21 – 28 Juni 2013
|
-
|
|
18
|
EVALUASI
|
Sabtu – Minggu,
29 – 30 Juni 2013
|
-
|
|
NB : - Schedule kegiatan sewaktu-waktu
dapat berubah
3.2 Anggaran Dana
ALAT DAN BAHAN
|
JUMLAH
|
HARGA (Rp)
|
Botol Sampel
Termometer
Cool Box
Kantong Plastik
Tali Weebing
Roti Tawar
Susu Coklat
Latban
Tali Sechi Disk
Es batu
Garam
|
20 buah
1
1
5
1 (5 meter)
2 Bungkus
1 Kaleng
1
10 meter
1 Balok
2 Bungkus
|
Rp. 8.000
Rp. 13.000
Rp. 40.000
Rp. 10.000
Rp. 20.000
Rp. 14.000
Rp. 12.000
Rp. 12.000
Rp. 10.000
Rp. 5.000
Rp. 1.000
|
TOTAL
|
Rp. 145.000
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Sekilas
Tentang Lokasi
TamanPrasejarah Leang-Leang adalah objek
wisata purbakala yang berada tidak jauh dari Taman Wisata Alam Bantimurung.
Leang dalam bahasa Makassar berarti gua, dengan pengulangan kata berarti
gua-gua atau kawasan gua. Sebab di daerah ini terdapat banyak gua peninggalan
arkeologis yang sangat unik dan menarik.
Meski wilayahnya sudah tidak termasuk dalam Desa Wisata Samangki, namun dapat disebut sebagai objek wisata daerah sekitar Samangki karena letaknya hanya berjarak sekitar 7.5 kilometer dari Samangki. Leang-leang terletak di Kelurahan Kalabirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
Menurut asumsi beberapa masyarakat setempat nama
daerah tebing kura-kura adalah kampong cedde (cedde merupakan bahasa daerah
yang berarti sedikit dalam bahasa indonesia) karena lokasi tersebut hanya
dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Berdasarkan pengamatan kami, pada daerah
itu merupakan perairan tertutup, tidak terlalu disinari oleh sinar matahari
karena ditutupi oleh daun rumbia, airnya tenang, dikelilingi tumbuhan hijau dan
tebing.
IV.2 List Kegiatan
N0.
|
Hari/Tanggal
|
Pukul
|
Kegiatan
|
|
Kamis, 20 Juni 2013
|
06.00
|
Kumpul
|
07.30
|
Berangkat Menuju Lokasi
|
||
08.30
|
Tiba Di lokasi
|
||
08.40 – 09.10
|
Pembukaan SIP
|
||
10.00 – 13.00
|
Turun Di lapangan
|
||
13.00 – 14.00
|
Ishoma
|
||
14.00 – 17.00
|
Turun ke lapangan
|
||
17.00 – 19.30
|
Bersih-bersih dan ishoma
|
||
19.30 – 20.30
|
Makan Malam
|
||
20.30 – 23.00
|
Bersih-bersih dan ishoma
|
||
23.00 – 00.30
|
Makan Malam
|
||
00.30
|
Istirahat
|
||
2.
|
Jum’at, 21 Juni 2013
|
06.00
|
Bangun Pagi
|
06.30 – 07.00
|
Streching
|
||
07.00 – 08.00
|
Sarapan
|
||
08.00 – 10.00
|
Sosial Penduduk
|
||
10.00 – 11.00
|
Penutup
|
||
11.00 – 12.00
|
Back to campus
|
||
12.00 – 16.00
|
Kumpul di sekret
|
IV. 3. Perolehan
Data Dan Pembahasan
IV.3.1. Pengolahan
Data
Data pada sampel botol terang :
Station
|
Pukul
|
|||||||
14.00
|
15.00
|
15.30
|
16.00
|
|||||
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
|
1
|
5,5 ml
|
100 ml
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
3 ml
|
100 ml
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
3,5 ml
|
100 ml
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
3,5 ml
|
100 ml
|
VS
Stasiun 1, pukul 14.00 :
VS1
100
= 8,8 ppm
Station 2, Pukul 15.00 :
VS2
100
= 4,8 ppm
Station 3, Pukul 15.30 :
VS3
100
= 5,6 ppm
Station 4, Pukul 16.00 :
VS4
100
= 5,6 ppm
Data pada sampel botol gelap
Station
|
Pukul
|
|||
14.00
|
15.00
|
15.30
|
16.00
|
|
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
VT
|
VS
|
1
|
4 ml
|
100 ml
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
3,5 ml
|
100 ml
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
3,5 ml
|
100 ml
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
2,5 ml
|
100 ml
|
VS
Stasiun 1, pukul 14.00 :
VS1
100
= 6,4 ppm
Station 2, Pukul 15.00 :
VS2
100
= 5,6 ppm
Station 3, Pukul 15.30 :
VS3
100
= 5,6 ppm
Station 4, Pukul 16.00 :
VS4
100
= 4 ppm
Station
|
Pukul
|
Sustation (T)
|
Suhu
|
Kecerahan
|
Kedalaman
|
|
D1
|
D2
|
|||||
1
|
14.00
|
1
|
28ºC
|
72 cm
|
68 cm
|
74 cm
|
2
|
27ºC
|
40 cm
|
30 cm
|
40 cm
|
||
3
|
28ºC
|
38 cm
|
30 cm
|
70 cm
|
||
2
|
15.00
|
1
|
27ºC
|
58 cm
|
48 cm
|
69 cm
|
2
|
28ºC
|
52 cm
|
41 cm
|
82 cm
|
||
3
|
27ºC
|
65 cm
|
47 cm
|
85 cm
|
||
3
|
15.30
|
1
|
29ºC
|
50 cm
|
25 cm
|
100 cm
|
2
|
28ºC
|
40 cm
|
18 cm
|
54 cm
|
||
3
|
28ºC
|
35 cm
|
25 cm
|
140 cm
|
||
4
|
16.00
|
1
|
27ºC
|
25 cm
|
12 cm
|
51 cm
|
2
|
27ºC
|
30 cm
|
20 cm
|
51 cm
|
||
3
|
27ºC
|
31 cm
|
21 cm
|
78 cm
|
3
Suhu pada Station 1
3
=
28 + 27 + 28
3
= 27,667
Suhu pada Station 2
3
=
27 + 28 + 27
3
= 27,333
Suhu pada Station 3
3
=
29 + 28 + 28
3
= 28,333
Suhu pada Station 4
3
=
27 + 27 + 27
3
= 27
2
Kecerahan pada Station 1
Substaion 1
2
2
= 70 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 74 cm – 70 cm
= 4 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
74
Substaion 2
2
2
= 35 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 40 cm – 35 cm
= 5 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
40
Substaion 3
2
2
= 34 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 70 cm – 34 cm
= 36 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
70
Kedalaman pada Station 2
Substaion 1
2
2
= 53 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 69 cm – 53 cm
= 16 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
69
Substaion 2
2
2
= 46,5 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 82 cm – 46,5 cm
= 35,5 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
82
Substaion 3
2
2
= 56 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 85 cm – 56 cm
= 29 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
85
Kedalaman pada Station 3
Substaion 1
2
2
= 37,5 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 100 cm – 37,5 cm
= 62,5 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
100
Substaion 2
2
2
= 29 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 54 cm – 29 cm
= 25 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
54
Substaion 3
2
2
= 30 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 140 cm – 30 cm
= 110 cm
Masukkan Dalam BentukPersen
140
Kedalaman pada Station 4
Substaion 1
2
2
= 18,5 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 51 cm – 18,5 cm
= 32,5 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
51
Substaion 2
2
2
= 75 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 51 cm – 25 cm
= 26 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
51
Substaion 3
2
2
= 26 cm
= Kedalaman – Kecerahan
= 78 cm – 26 cm
= 52 cm
Masukkan Dalam Bentuk Persen
78
IV.3.2. Pembahasan
Oksigen (O2)
Percobaan kali ini mengukur tentang parameter fisika dan
kimia pada perairan, kelompok kami membahas tentang oksigen yang terlarut dalam
suatu perairan.
Oksigen terlarut atau DO merupakan salah satu parameter
penting dalam analisa kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar.
Di dalam air, oksigen memainkan peran penting, di tebing
kura-kura, desa laeng-laeng memiliki Kualitas air yang bagus karena pada botol
terang memiliki konsentrasi oksigen diatas 4 ppm yaitu pada station 1 pukul
14.00 = 8,8 ppm, station 3 pukul 15.30 = 5,6 ppm, staion 4 pukul 16.00 = 5,6
ppm, dan juga botol gelap pada station 1 pukul 14.00 = 6,4 ppm, station 2 pukul
15.00 = 5,6 ppm, station 3 pukul 15.30 = 5,6 ppm sehingga organisme mampu
bertahan hidup dan memiliki nafsu makan yang baik.
Sedangkan pada botol terang station 2 pukul 15.00 = 4,8 ppm
dan botol gelap station 4 pukul 16.00 = 4 ppm beberapa jenis organisme dapat
bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3-4 ppm akan tetapi
nafsu makannya rendah atau tidak sama sekali, sehingga pertumbuhannya menjadi
terhambat. Bahkan organisme akan mati atau mengalami stres bila konsentrasi
oksigen mencapai nol. Namun konsentasi minimum yang masih dapat di terima oleh
sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm.
Pada Uji Lab dengan bantuan bahan kimia seperti MnSO4
dan Kl botol terang yang dapat dilihat perubahan warnanya mengalami perubahan stelah
di tambahkan 10 ml dari yang berwarna bening menjadi warna coklat pekat dan
terlihat beberapa endapan. Tapi, setelah ditetes dengan H2SO4 terjadi
perubahan warna dari warna coklat pekat yang terdapat endapan menjadi warna
coklat bening. Dan setelah di tetesi dengan beberapa Na2SO4 warna sampel
kembali ke warna yang sebelumnya.
suhu
Suhu yang baik untuk suatu
perairan khususnya perairan air tawar adalah pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di
atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh
menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Jadi Suhu yag ada pada tebing
kura-kura desa leang-leang sangat baik untuk kehidupam suatu organisme.
Kecerahan
Kecerahan pada perairan sungai sekitar tebing kura-kura termasuk rendah karena dilihat secara fisik
maupun di lihat dari sampel yang telah di analisa Pada station 1 dan substation
1 = 5, 4054 %, substation 2 = 12, 5%, substation 3 = 51, 2485%, Station 2
substation 1 = 23, 1884%, substation 2 = 43, 2927%, substation 3 = 34, 1177 %,
pada station 3 substation 1 = 62,5 %, substation 2 = 46 2963 %, substation 3 = 78, 5714 %, pada station 4
substation 1 = 63, 7252 %, substation 2 = 50, 9803%, substation 3 = 66,6667 %.
Dimana data tersebut menunjukkan kecerahan rata-rata perairan di tebing
kura-kura di bawah 50 %.
IV.4. Data
sosiologi Fisik Dan Nonfisik
IV.4.1. Data
sosiologi Fisik
IV.4.1. Data
sosiologi Nonfisik
Setelah melakukan survey kepada
penduduk, maka data yang kami peroleh sebagai berikut:
Nama :
Pak Halis
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Penjahit
Istri :
Hadariah
Pekerjaan :
URT
Ipar : Rohana
Pekerjaan :
Pembuat anyaman
Kami tidak
memperoleh Informasi dari keluarga ini tentang lokasi penelitin karena mereka
tergolong sebagai keluarga pendatang.
Nama : Muh. Yahya
TTL : Maros/ 01 Januari
1951
Istri : Jumriah
Pekerjaan :
Petani
Agama : Islam
Jumlah anak : 8 Orang
Menurut
bapak ini, tebing pada lokasi penelitian bernama tebing Ballangnge. Pada daerah
ini tidak pernah kekeringan karena banyaknya mata air. Tradisi pada daerah ini
yaitu adanya pesta panen tiap tahunnya sebagai tanda syukur para masyarakat
atas hasil panen yang diperoleh. Keluarga ini juga pernah mendapat bantuan dari
pemerintah berupa bibit ikan, namun bantuan tersebut diberikan kepada
masyarakat yang lain karena keluarga ini memiliki keterbatasan dana untuk
membuat kolam.
Nama : Pak Anwar
Pekerjaan : Usaha jahitan dan
usaha di bengkel
Nama Istri :
Badariah
Nama Anak : Nur Indah
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Guru matematika di DDI Alori Tengngae sejak 2005-sekarang
Jumlah anak : 3 orang
Keluarga
ini tidak menceritakan keadaan lokasi secara spesifik, berhubung orang yang
dimintai keterangan hanya dating ke Maros untuk berlibur.
Data yang diperoleh dari kantor
kelurahan adalah sebagai berikut:
Nama : A. Muh. Jufri, S.Sos
Pekerjaan :
Instansi kelurahan
Data yang di peroleh dari bapak
ini yaitu, mayoritas penduduknya memiliki pekerjaan sebagai petani, yang
berjumlah sekitar kurang lebih 4000 orang, namun yang mendapatkan bantuan hanya
sekitar 200 orang. Tradisi pada daerah ini yaitu adanya pesta panen yang
dirayakan tiap tahun. Namun demikian, seiring dengan adanya perkembangan zaman,
pesta panen yang merupakan suatu tradisi yang dulunya hampir seluruh masyarakat
merayakan, kini tidak lagi. Di kelurahan ini terdapat pula 1 SMA, 3 SMP, 3 SD,
dan 2 TK pada desa yang berbeda-beda.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kisaran
parameter suatu perairan berbeda-beda, dapat ditentukan berdasarkan kondisi
wilayah perairan tersebut
Pengukuran
yang digunakan menggunakan parameter fisika yakni: suhu dan kecerahan,
sedangkan parameter kimia yakni: pH, O2, CO2, Nitrat,
Posfat dan BOD.
Hasil yang
berdasarkan teori berbeda dengan hasil yang didapatkan di lapangan, karena saat
pengambilan sampel kurang efektif dan efesien sehingga terdapat kesalahan yang
menyebabkan perbedaan tersebut.
V.2 Saran
Untuk Kegiatan Studi Ilmiah Perairan :
Waktu Kegiatan harus on-time.
Barang – barang yang di gunakan sebaiknya di minimalisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar