Tugas Penyuluhan
BUDIDAYA
IKAN LELE
OLEH :
MUH.AMIRSYAH ( L211 12 014 )
MUH.RIJAL AFANDI ( L211 12 012 )
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
A.
Pembesaran Lele di Kolam
Kolam untuk membesarkan ikan lele
hendaknya tidak mudah
mengalami kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang
mungkin ada.
Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter
sampai 1 meter.
Permukaan air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul harus tegak
lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk
memasang pagar dari
bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian
kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa
kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun
perlu dikemukakan bahwa
kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan
lele dapat dipelihara dalam
kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara.
Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele,
apabila digunakan kolam yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya
makanan alami di dalam kolam menjadi
banyak.
Adapun persyaratan kolam dan airnya
dapat dirinci sebagai berikut :
Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran
sampai 10 liter per menit Apabila air terlalu deras mungkin kurang cocok untuk
lele, karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air deras.
, .
Kolam dapat dari tanah atau dari semen.
Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya
agar kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil
pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Jadi air harus segar dan bersih
agar pertumbuhan ikan lebih cepat.
Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang
saringan.
Kolam-kolam yang memperoleh air yang
kurang baik dan tidak dapat dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai
untuk memelihara lele. Karena lele daya tahannya relatif tinggi terhadap
kondisi air yang jelek. Lele dapat hidup di kolam comberan yang sempit
sekalipun. Tentu saja, produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang
kondisinya serba baik.
1.
Konstruksi kolam/bak
Untuk menampung air limbah rumah tangga,
dibuat kolam dengan menggali tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4
m. Dapat juga ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam
75 cm. Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor.
Tinggi tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah.
Bibir tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele
sukar melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang
pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh dan
luber (Gambar 13).
Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan
teduh maka di dasar bak dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian
rupa sehingga lele dapat bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai
peneduh, misalnya keladi dan singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk
sementara dapat juga sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di
atasnya
Supaya air tidak mudah limpas, maka
pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja, lagipula supaya Lele tidak mudah melompat
keluar. Bak/kolam semen yang baru saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam
sabut kelapa secukupnya selama 2 - 3 hari.
2.
Penebaran benih
Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya
berukuran 3 - 5 cm. Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2).
3.
Pengelolaan
Masa pemeliharaan di kolam
comberan adalah 6 bulan.
Ke dalam kolam tersebut dimasukkan air limbah dan
sisa-sisa makanan.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih
lele akan menjadi
10 cm panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada
di situ, dan lele itu dapat
dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama.
Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan
pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15 cm panjangnya. Pada saat diadakan
penjarangan lagi, dengan mengambil 60 % lagi dari
yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai lauk yang
merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara
lebih lanjut selama
2 bulan lagi. Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya
mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka panen akhir
itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang cocok untuk
konsumsi di restoran. Sehingga
panen akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan
harga yang amat baik.
4.
Pemupukan
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah
atau kolam yang
dasarnya tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis
makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah
organisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang
di air. Pupuk yang baik untuk
memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik.
Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
Berbagai jenis daun-daunan
(pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang tidak terpakai, seperti tanam- tanaman
pagar, misalnya daun kipait, daun kembang sepatu, daun keji beling, dan
sebagainya, bahkan rumput-rumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk
kolam lele.
Sampah dapur dan sampah pasar
yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi
harus dipisahkan dari bahan yang tidak dapat membusuk seperti plastik dan
bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas.
Pupuk kandang yang terdiri atas
kotoran berbagai jenis hewan, baik sekali untuk pupuk kolam.
Kompos, hasil pembusukan dan
fermentasi bahan- bahan organik ini terkenal bagus untuk pupuk yang dapat
memperbanyak organisme hewani di kolam.
Cara
pemupukan :
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
- Diaduk
dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
- Dionggokkan
di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu dimasukkan
ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya. Keranjang
berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam agar
tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu
tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit.
Dalam prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat
digunakan dalam dosis tinggi, yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat
dilakukan 2 x per tahun, masing- masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan sebaiknya diatur bertahap.
Pemupukan pertama ialah pada waktu persiapan kolam atau sebelum ikan
ditebarkan. Dosis pemupukan pertama 3 ton per ha, atau 30 kg per are (1
are = 100 m2). Sisanya, sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk
susulan; atau sebulan sekali kolam diberi pupuk lagi sebagai tambahan,
masing-masing 10 % dari dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam
jangka waktu pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan
masing-masing berselang 1 bulan.
Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP,
DS, tidak dianjurkan untuk kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara
langsung menumbuhkan organismae pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton
saja.
Pada umumnya pupuk kalsium atau kapur
kerapkali dipergunakan untuk kolam ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat
dipertahankan supaya keadaan pH stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele
terutama ditujukan untuk pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna
untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang penting
dalam pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada
pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa penggunaan kapur dapat
membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing dan larva insekta. Penggunaan
kapur pada kolam ikan lele harus dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai
untuk pemeliharaan lele. Setelah penebaran kapur
berlangsung semmggu, hama/penyakit sudah terbasmi, barulah kolam diisi
air untuk menumbuhkan jasad renik, lalu menyusul penebaran benih lele.
5.
Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang
diberikan serba cukup, kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang
buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele
relatif tahan terhadap
penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian
kegiatan pengelolaan kolam, yakni pergantian air seminggu sekali, makanan
tambahan per hari 3 – 5 % dari
berat badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 %
protein), pengontrolan terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya
dijalankan dengan tekun, maka
mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan.
6.
Kepadatan
Dalam usaha budidaya yang intensif, dalam
suatu unit areal kolam diusahakan agar dapat dipelihara ikan sebanyak mungkin.
Untuk ikan lele, kepadatan penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan
dalam kondisi air yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air
tergenang atau sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk
memelihara ikan tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3
ekor/m2 Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5
sampai 50 ekor per m menurut besarnya lele yang dipelihara.
7.
Produksi kolam pembesaran lele
Dari 100 m2 kolam yang ditebari ikan lele
sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan setahun
dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor. Sehmgga hasilnya
: 120 kg/100 m2(are) Produksi persatuan areal itu cukup luas,
sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran.
Mengenai jenis dan mutu ransum untuk ikan
lele di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Para petani di Blitar,
misalnya, mempergunakan daging keong racun (bekicot)
yang dicacah, dicampur dengan dedak. Tetapi perbandingannya tidak tertentu.
Maka hasil pertumbuhan ikan lelenya tidak begitu pesat. Dalam satu tahun kan
lele itu baru mencapai berat 100 gram saja.
Berbeda dengan ikan karper yang sudah
diusahakan secara besar-besaran, di Indonesia saat ini pemeliharaan ikan lele
masih dalam tahap kecil-kecilan saja. Beberapa faktor penghambatnya ialah
penyediaan benih terbatas dan perkembangan harga yang belum setinggi ikan
karper, pertumbuhannya lambat, dan sebagai ikan yang karnivora, memerlukan
makanan tambahan yang banyak mengandung protein hewani supaya dapat berkembang
menjadi industri.
8. Penyakit dan Pemberantasannya
Sebagaimana halnya ikan-ikan lain, ikan
lele juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbagaijenis penyebab penyakit
ikan seperti bakteri, virus, Lernaea, cacing Dactylogyrus,dsin sebagainya telah
tersebar luas dan diduga selalu dan pasti ada di semua perairan. Oleh karena
itu penularan cepat terjadi. Penyakit ini dapat dihindarkan apabila
kondisi tubuh ikan itu selalu baik, sehingga daya tahan terhadap penyakit
menjadi tinggi.
Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui
menyerang ikan lele ialah :
8.1
Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa
(binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit
dan juga insang ikan. Pada ikan yang kena penyakit cukup parah, kulit ikan dan
irisangnya segera rusak dan tidak berapa lama akan mati.
Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang
airnya tidak berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit
inijarang terjadi.
Pencegahan
Untuk mencegah agar tidak berjangkit
penyakit bintik
putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan
jernih
Pengobatan
Apabila ikan sudah telanjur
terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan. Usaha yang perlu didahulukan
ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin
meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain.
Pencegahan ini dilakukan dengan cara
membuang air
kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di
kolam-kolam lain.
Kemudian kolam dibiarkan kering
selama 2 - 3 hari,
lalu diadakan pengapuran dengan kapur yang panas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2.
Setelah dibiarkan 3 hari, kolam dapat dipakai lagi
dengan aman.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk
mengobati penyakit bintik putih ialah :
Malachyte green. 1 gram (berupa serbuk) untuk
air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari, dalam 10 hari, ikan akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik.
Formalin. Ikan yang sakit dimandikan
setiap hari dengan cara merendam dalam larutan formalin 30 % (dalam dosis 1 :
4000), lamanya perendaman 1 jam.
Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30
mg per liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama
3 - 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik
putih.
8.2
Penyakit bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Aeromonas dan
Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan
lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di
negeri kita. Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele yang dipelihara di kolam maupun yang hidup di perairan umum (danau, sungai,
waduk).
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada
organ dalam (hati, limpa), daging, dan
menimbulkan gejala bisul-bisul
yang menyebabkan borok-borok. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar diobati.
Pencegahan
Pada umumnya bibit penyakit, apalagi
berupa bakteri yang sangat kecil dan sudah tersebar di semua perairan,
sukar sekali diberantas sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari timbulnya wabah penyakit apabila ikan Selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya makanan cukup,
keadaaningkungan baik, bersih dari segala macam pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alamiah itu, tercakup di dalam kegiatan pengelolaan perkolaman
dan pemeliharaan ikan.
Pengobatan
Untuk ikan yang telanjur sakit, apabila
belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa obat, antara lain antibiotika.
Antibiotika
Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin,
Tetrasklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkanke dalam makanan ikan.
Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat .memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 - 3 minggu.
Perlu diketahui bahwa apabila piemakaian
antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau perhitungannya kurang cermat, maka lama-keamaan
bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan
lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu.
Antibiotika juga dapat diberikan dengan
disuntikkan. Dosisnya, larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5, sebanyak 1 - 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap
2 - 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara
ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyebuhan dari hari ke hari.
8.3 Penyakit oleh jamur
Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka,
lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan
yang gagal menetas, dan kemudian menulari
telur-telur lain yang sehat.
Jamur terdapat di setiap jenis
perairan air tawa terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur itu
hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh bukan merupakan penyakit sejati,
karena jamur tidak dapat menyerang ikan yang betul-betui sehat. Melainkan
menyerang ikan yang luka-luka atau sudah lemah.
Jamur, khususnya Saprolegnia, dapat
menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini
terlihat sebagai serabutputih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan
yang teruka. Ikan yang diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, dan
pengangkutan, sering menderita luka-l uka yang kemudian terserang jamur.
Pencegahan
Ikan jangan sampai terluka, dengan cara
penangan an yang cermat, tidak menempatkan ikan dalam tempat yang sempit
sehingga berdesakan.
Pengobatan
Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur
dapa diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganat,
larutan garam dapur, dan larutan malachyte
green. Ikan direndam dalam larutan Kalium permanganat
1 gram per 100 liter, selama 60 - 90 menit. Ikan direndam
dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit.
Kerap kali para ahli menganjurkan untuk
mengobati penyakit
jamur dengan larutan malachyte green. Serbuk malachyte green dilarutkan dalam
air sebagai larutan buku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1 - 2 ml larutan baku itu
dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam.
Pada penetasan telur ikan, juga sangat
perlu untuk dibiasakan
mengobati dengan cara merendam telur ikan di
dalam malachyte green. Dosisnya 1 gram per 200
liter air, lamanya perendaman ½ sampai 1 jam.
Pencegahan jamur pada telur ikan ini
sangat perlu apabila telur ikan ditetaskan di dalam corong-corong penetas pada
pembenihan ikan secara buatan.
8.4 Penyakit lain
Berbagai jenis penyakit yang menyerang
ikan, selalu ada kemungkinan juga menyerang ikan lele. Tetapi sampai saat ini
belum ada data yang pasti mengenai jenis-jenis penyakit lainnya. Penyakit
Lernaea pernah dijumpai menginfeksi ikan lele tetapi tampaknya tidak mematikan.
Memang jenis-jenis ikan mempunyai kekebalan yang berbeda terhadap berbagai
penyakit. Sesuatu parasit dapat menghinggapi seekor ikan, tetap ikannya tidak menjadi
sakit, melainkan menjadi penyebar atau penular bagi ikan-ikan jenis lain yang
peka.
9. H a m a
Yang dimaksud dengan hama ialah
binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama ikan yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi lain dengan parasit yang menyebabkan suatu gejala penyakit. Hama dibedakan dari parasit
atau penyakit karena hama tidak menimbulkan
imunitas pada
ikan, sedangkan penyakit dan parasit menimbulkan daya tahan tersebut.
Hama ikan itu antara lain : serangga yang menusuk dan mengisap ikan sampai mati. Misalnya, bebeyasan (bahasa Sunda), insekta genus Notonecta. Serangga ini datang menyerbu kolam pemeliharaan ikan dalam jumlah besar.
Apabila kolam dipupuk dengan bahan organik biasanya dia datang berbondong-bondong. Terutama ikan-ikan kecil mati ditusuk dan diisap cairan
tubuhnya oleh serangga ini. Serangga Notonecta ini kira-kira ebesar butiran beras, karena itu oleh orang Sunda disebut
bebeyasan (beyas = beras). la dapat terbang berpindah dari satu kolam ke kolam
lain. Korban benih ikan yang disebabkan oleh hama ini dapat cukup besar. Cara pemberantasannya pun sulit karena serangga ini segera terbang
meninggalkan kolam apabila kolam diberi obat yang dapat mematikannya.
Petani mencari akal dengan menuangkan
minyak tanah dan sedapat mungkin meratakan minyak itu di permukaan kolam, agar
serangga yang muncul ke permukaan air, akan mengisap minyak tanah, lalu mati.
Tentu saja minyak tanah tidak boleh terlalu banyak di tuangkan ke dalam kolam
pemeliharaan ikan, karena akan meracuni ikan. Maka itu tidak dianjurkan.
Pemakaian pestisida juga belum dapat
dianjurkan, karena belum diteliti dan belum ditemukan jenis insektisida
yang efektif terhadap pemberantasan serangga Notonecta
ini. Walaupun demikian untuk ikan lele bahaya serangga ini tidak begitu besar,
karena ikan lele yang masih kecil biasanya dipelihara di dalam kolam kecil yang
mudah diawasi. Petani yang rajin, jika melihat di kolam ada Notonecta, akan
segera membersihkan kolamnya dengan sebuah waring untuk menyerok serangga itu,
lalu mematikannya. Jadi, secara mekanis saja. Untunglah untuk
ikan yang sudah agak besar, Notonecta tidak begitu
membahayakan.
Serangga lain yang sering menyerang ikan
dengan menusuk dan mengigitnya sampai mati ialahjentik-jentik dari capung.
Untunglah jentik capung ini tidak begitu banyak jumlahnya dan tidak pernah ada
data penyerangan hebat dari capung ini.
Hama lain yang harus diperhatikan ialah binatan mamalia (binatang
menyusui) seperti linsang, kucing liar, musang air atau
berang-berang. Binatang jenis ini secara periodik dapat menyerbu suatu
kolam atau sawah di mana ikan dipelihara. Dapat datang sendiri-sendiri
tetapi kadang datang berbondong-bondong. Binatang ini terjun ke air, mengejar
dan menangkap ikan, dan memakannya sampai kenyang. Karena itu dapat
menghabiskan seisi kolam dalam waktu 1 - 2 malam berturut-turut. Berang-berang
itu pada siang hari berdiam di sarang- sarangnya di rimbunan tumbuhan di
daratan di sekitar perkampungan atau tepi hutan.
Pemberantasannya dengan menangkap habis (membasmi) binatang ini. Jadi seperti
tikus hama padi, daya upaya orang untuk memberantasnya dengan berbagai akal dan
cara. Kalau perlu ada juga dipergunakan racun. Kepekaan berang-berang terhadap
racun juga seperti halnya tikus.
Membersihkan semak-semak di sekitar
perkampungan merupakan usaha agar berang-berang tidak memperoleh lingkungan
hidup yang baik.
Ada orang yang mencoba menangkap berang-berang dengan memasang perangkap.
Tetapi hasilnya tentu tidak dapat memberantasnya secara tuntas.
Berbagai jenis binatang pemakan ikan
merupakan hama yang cukup serius dan harus diperhatikan. Pada kolam
pemeliharaan yang letaknya di pekarangan, burung mudah dihalau, sehingga tidak
menimbulkan banyak kerugian. Tetapi untuk pemeliharaan di sawah, burung ini
cukup merisaukan. Cara pemberantasan juga sulit; sama halnya
dengan masalah burung pemakan padi.
Binatang lain, seperti ular, ikan-ikan
buas seperti ikar. gabus, belut dan bahkan katak, juga merupakan hama bagi ikan
yang dipelihara termasuk ikan lele. Cara pemberantasan yang efektif dan tuntas
juga belum di peroleh. Usaha sedapat mungkin iyalkah yaitu menangkap sewaktu
terlihat didalam atau doi sekitar kolam.
Terakhir yang dapat juga di sebut musuh
peternak ikan iyalahpencuru (bukan hama) pencurian adalah pemhambat bagi setiap
usaha.
10. Modernisasi budidaya ikan lele
Usaha budidaya ikan lele belum di
selenggarakan oleh secara moderent dan intensif cara pemijahan dan dan pembesaran
masih secara kecil-kecillan dan hasilnya belum memuasakan.
Hal–hal tersebut di bawah ini perlu terus
menurus di tingkatkan yaitu :
Percobaan pemijahan dan
ransangan hormone.
Meneteskan telur yang
dihasilkan di dalam corong penetesan agar terkontrol dengan dengan maksud
menekan mortalitasnya sekecil mengkin.
Mengadakan percobaan tentang
sususnan makanan ikan lele agar perumbuhan cepat namun harga makanan harus
memadai nilai produksinya.
Mengadakan percobaan untuk menanggulangi penyakit dan hama.
Di Indonesia, apa yang sudah dilakukan
oleh petani di Blitar, yang membuat kreasi berupa pembuatan kotak-kotak
pemijahan bagi ikan lele, seperti yang disajikan dalam bab di muka merupakan
langkah baik sekali. Karena dapat lebih menguasai teknik yang memudahka
pengontrolan anak-anak lele yang baru menetas, untuk menekan mortalitasnya.
Pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh
petani kita, sampai sekarang hasilnya masih belum memuaskan. Dalam waktu 1
tahun ikan lele yang dipelihara baru mencapai 100 - 150 gram. Sebagai
bandingan, di Thailand ikan lelejenis yang sama dengan yang kita pelihara,
yakni Clarias batrachus, dapat mencapai berat badan rata-rata 200 gram dalam
waktu 4 bulan.
Faktor penting dalam percepatan
pertumbuhan ikan ialah mutu dan banyaknya makanan yang
diberikan harus baik. Ini harus dapat diusahakan oleh para petani untuk
memperbaikinya. Dapatlah dimaklumi bahwa setiap modernisasi hanyalah dapat
dilakukan secara bertahap.
Mulai sekarang, berhubung meningkatnya
permintaan akan ikan lele untuk konsumsi kota (restoran), dibarengi dengan
harganya yang meningkat, merupakan dorongan bagi para petani untuk mengadakan
modernisasi dalam teknik budidaya ikan lele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar