Selasa, 16 April 2013

Makalah pengembangan paragraf


BAB I
PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang
 Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf.
Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indensasi. Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara visual dikenali sebagai paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan pokok pikiran? Idealnya tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara baik. Namun, kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraf.
I.2  Sasaran Pembelajaran
1.         Menunjukkan unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf;
2.         Menjelaskan cara penempatan kalimat utama dalam paragraf;
3.         Membedakan pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam kesatuan paragraf;
4.        Mengembangkan paragraf dengan teknik yang bervariasi;
5.         Menata tulisan dalam kesatuan paragraf yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1  Unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf
   Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya.
1. Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
3. Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
4. Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
•Provokatif (menarik)
•Berbentuk frase
•Relevan (sesuai dengan isi)
•Logis
•Spesifik
II.2 Cara penempatan kalimat utama dalam paragraf
1.      Paragraf Deduktif ( pikiran utama pada awal paragraf)
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang tertuang dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut diberikan melalui sejumlah kalimat penjelas.Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya  pikiran utama yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat mengundang perhatian yang bersangkutan untuk mengikuti penjelasan selanjutnya.
Contoh : Materi lebih lanjut mengemukakan perbedaan mahasiswa zaman dulu dan sekarang. Pada zaman dulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajah. Pada zaman  sekarang mereka dapat merasakan hawa kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat untuk mengembangkan diri mereka pada masa sekarang ini cukup terbuka, hanya bergantung kepada kegiatan mereka masing-masing.
2.     Paragraf Induktif( Pikran Utama pada akhir Paragraf)
Pikiran utama paragraf dapat juga ditempatkan pada akhir paragraf.
 Paragraf jenis ini disusun dengan lebi dahulu mengemukakan kalimat kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama yang memuat pikiran utama. Pengembangan pikiran utama dilakukan secara bertahap dan mencapai klimaks pada akhir paragraf.paragraf seperti ini disebut paragraf induktif (mengikuti cara berfikir dari khusus ke umum).
Contoh:
Ia membuat usaha dengan modal yang terbatas. Pelanggannya terdiri atas pekerjaan kasar dan penjual eceran dipasar yang singgah di warungnya sarapan sebelum pergi bekerja. Karena pelayannya yang baik, ia akhirnya dapat memperbesar usahanya dan berhasil menikmati keuntungan yang lumayan. Pengalaman itulah yang mengajarkan kepadanya bahwa modal penting dalam hidupnya adalah kemauan dan ketekunan.
3.      Paragraf Variatif (Pikiran Utama Pada Awal dan Akhir paragraf)
Kalimat utama dapat ditempatkan pada awal pragraf dan di ulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan ini adalah memberikan tekanan pada pikiran utama paragraf dan sebagai penegasan kembali isi pernyataan yang dikemukakan pada awal paragraf. Pengulangan tersebut dilakukan dengan mengubah bentuk kata katanya dan struktur kalimatnya, tetapi pikiran utamanya tetap sama. Paragraf yang demikian merupakan perpaduan paragraf deduktif dan induktif.
Contoh :
Pemerintah menyadari bahwa rakyat indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Dinas pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang diperoleh dari batu batuan gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula , bahan perlit dapat di cetak menurut keinginan seseorang. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat, dan kuat untuk memenuhi keperluan rakyat.
4.     Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat
Ada paragraf  yang tidak secara tersurat mengandung pikiran utama tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentiingnya dan bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf. Kalimat kalimat itu merupakan satu kesatuan isi.
Paragraf tanpa kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.

Contoh :
Lewat jendela dan pintu kaca yang luas, pandangan bisa tembus ketata kebun yang asri dihalaman depan maupun belakang rumah. Kolam hias dengan bukit batu lengkap dengan gemereciknya air berpadu dengan tanaman tanaman pangkas yang terawat rapi. Jauh di halaman belakang beberpa pohon mangga, rambutan, jambu air, dan belimbinng meneduhi kursi kursi untuk para pasien menunggu giliran dipanggil.
II.3. Pengurutan kalimat  Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan kalimat penjelas dapat disusun menjadi paragraf yang baik dengan menggunakan urutan tertentu. Urutan kalimat dalam paragraf dapat disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks atau anti klimaks. Urutan tersebut akan dijelaskan secara singkat dengan contoh masing masing berikut ini.
3.1 Urutan Logis
Urutan logis ialah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal hal yang umum, kemudian kehal hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh dikatakan bahwa kalimat yang memuat pikiran penulis diurut secara sintesis dan analis.
Conntoh :
(1)   Manusia adalah ciptaan tuhan yang paling sempurna dan paling berkuasa di bumi atau di dunia. (2) dikatakan demiikian sebab ia diizinkan oleh tuhan memamfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan hidupanya. (3) meskipun demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, atau menyia-nyiakannnya.
Pada paragraf di atas urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukan jalan pikiran yang masuk akal (logis) atau penalaran yang wajar. Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah urutannya, tentulah jalan pikiran itu tidak logis. Misalnya, kita ubah susunannya menjadi (1), (3), dan (2) atau (2), (1), dan (3). Susunan itu tidak logis, bukan?
3.2 Urutan Kronologis
Urutan kronologis merupakan urutan kejadian menurut waktu. Peristiwa yang digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat perkembangannya dar waktu ke waktu. Urutan tersebut dipakai pada tulisan naratif.
Contoh :
( 1) Tepat pukul 08.00 upacara perngatan hari kemerdekaan RI dimulai. (2) bendera merah putih di kibarkan diiringi lagu kebangsaan indonesia raya. (3) Peserta upcara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membaca teks proklamasi dan pmbukaan undang- undang dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor memberikan pidato sambutan entang proklamasi kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. (6) Kira-kira pukul 10.00 upacara di akhiri dengan pembacaan doa.
3.3 Urutan Klimaks dan Antiklimaks
Pada paragraf ini mula-mula disebutkan pernyataan atau kejadian biasa, kemudian lambat laun meningkat menjadi makin penting menonjol/tegang, sampai pada yang paling penting.
Kalimat terakhir adalah kalimat pernyataan yang paling penting dan menjadi klimaks dari serangkaian pernyataan sebelumya (contoh 7a). Hal yang sebaliknya bisa juga dilakukan, yaitu paragraf dimulai dengan pernyataan yanng paling penting atau paling menonjol, kemudian menyusul pernyataan-pernyataan lain yang kadar kepentingannyamakin kurang. Kalimat akhir merupakan antklimaks dari pernyataan sebelumnya (contoh 7b).
Contoh (7a) :
(1)   Pancasila telah beberapa kali dironggrong. (2) Beberapa kali filsafat negara RI hendak diubah ataupun dipreteli. (3) Setiap usaha hendak mengubah dan mempreteli pancasila ternyata gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah dipersiiapkan dengan matang dan teliti, semuanya tetap dapat dihancurkan. (5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh (7b) :
(1)   Kebahagiaan tidak semata mata ditentukan oleh banyaknnya uang yang dimiliki oleh seseorang. (2) Uang memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang tidak bergantung kepada uang yang dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan bergantung kepada uang semata-mata, pastilah orang-orang yang kaya saja dapat menikmati kebagiaan. (4) Kenyataannya tidak demikian. (5) Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak bahagia. (6) Sebaliknya, banyak orang yang miskin harta, tetapai berbahagia hidupnya.
Contoh kalimat (7b) ini merupakan kebalikan dari contoh (7a). Urutan pernyataan dapat dimulai yang paling penting atau paling menonjol. Kalimat-kalimat berikutnya memuat pernyaan yang kadar isinya makin menurun dan diakhiri dengan pernyataan biasa. Urutan seperti inilah yang disebut antiklimaks.
II.4. Pengembangan Paragraf dengan teknik bervariasi
4.1. Pengembangan umum khusus-khusus umum
Cara pengembangan paragraf umum khusus-khusus umum merupakan cara yang paling umum dipakai. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya. Jadi paragraf umum khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf induktif bersifat khusus umum. generalisasinya. Jadi paragraf umum khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf induktif bersifat khusus umum.
Contoh :     
Salah satu kedudukan bahasa indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. (3) Kedudukan ini  dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahaa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untu mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
4.2. Pengembangan dengan teknik klasifikasi
Dalam pengembangan karangan kadang-kadang diperlukan pengelompokan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain (keraf dalam Mudlofar 2002: 103). 
Contoh :
Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja indonesia dapat dibagi tiga kelompok, ketiga kelompok itu adalah mereka yang berpedidikan dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi. Kelompok yang berpendidikan rendah lebih banyak dari pada yang berpendidikan menengah atau tinggi.
4.3. Pengembangan dengan Alasan-alasan
          Pengembangan menurut pola ini,fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu  itu dikemukakan lebih dulu,kemudian disusul oleh rincian-rincian  sebagai akibatnya . Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan  akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh :
Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) ibu tidak selalu hidup merana karena setiap tahun melahirkan. (3) bapak tidak perlu terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun tidak terlantar hidupnya.
4.4 Pengembangan analogi
Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
Contoh :
Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan keempat. (4) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.



4.5.  Pengembangan contoh-contoh
Gagasan yang terlalu umum sifatnya sulit dipahami. Agar pembaca menjadi jelas diperlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi konkret inilah yang nantinya dikembangkan menjadi contoh-contoh.
Contoh :
Kata-kata pungutan itu ada yang telah lama masuk, ada juga yang baru masuk. (2) Baik yang telah lama maupun yang baru, ada yang benar-benar sudah menjadi bahasa Indonesia , Misalnya : Saya, sabun, pasar, kursi, meja, dsb. (3) ada juga yang masih terasa asingnya, misalnya: insaf, sukses, akhlak, proses, dan sebagainya.
4.6.  Pengembangan definisi luas
Yang dimaksud pengembangan definisi luas ialah pengarang bermaksud memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal (keraf dalam Mudlofar 2002: 102). 
Contoh :
Apa dan siapakah pahlawan itu? Bahwa pahlawan adalah orang yang berpahala. Mereka yang berbuat baik, melaksanakan kewajiban dengan baik, berjuang tanpa pamrih adalah pahlawan. Pahlawan menurut balas jasa, tidak ingin dihargai, tidak ingin meminta pengakuan dari orang lain.
4.7 pengembangan  dengan campuran
Pada pola pengembangan itu rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab-akibat, atau dengan perbandingan dan sebagainya.

Contoh :
Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Umumnya bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) Lagipula bahasa tutur hanya mengguanakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Sudah barang tentu sering digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang memang digunakan hanya dalam bahasa tutur, misalnya : bilang, pelan, bikin, enggak, dsb. (7) Lafal pun sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya : dapet (dapat), malem (malam), ampat (empat), dsb. (8) Bahkan juga sering digunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya : ini hari, itu orang, dsb.
II.5. Paragraf yang baik
1)   Kesatuan (Unity)
            Anda tentunya pernah mengalami kesulitan tentang cara mengakhiri atau berganti paragraf ketika mendapat tugas mengarang dari guru Anda. Kesulitan itu terjadi karena Anda kurang memahami bahwa tulisan Anda telah berganti kalimat topik. Perubahan topik itu merupakan tanda pergantian paragraf.
            Paragraf yang mengandung banyak kalimat topik dapat mengaburkan maksud sehingga dapat membingungkan para pembaca. Apabila ada sebuah paragraf yang memiliki dua kalimat topik, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak memiliki unsur kesatuan. Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud dengan jelas, yang biasanya didukung oleh sebuah kalimat topik atau kalimat utama, seperti tampak pada contoh paragraf di bawah ini!
            Di masa kecil, Bung Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang memiliki sahabat ber¬main. Hal itu disebabkan tetangga-tetangga Bung Hatta tidak mempunyai anak seusianya dan di keluarganya sendiri Hatta me¬ru¬pakan satu-satunya anak lelaki. Kadang-kadang Bung Hatta bermain sendiri dengan cara membuat miniatur lapangan bola, sedangkan pemain-pemainnya dibuat dari gabus yang dibebani dengan timah. Bola dibuatnya dari manik bundar. Hatta mema¬in¬kan sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya.
            Bung Hatta termasuk orang hemat. Setiap kali diberi uang belanja orang tuanya, yang pada waktu itu sebenggol, ia selalu menabungnya. Caranya, uang logam itu disusunnya sepuluh-sepuluh dan disimpan di atas mejanya. Jadi, setiap orang yang mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu tahu. Namun, kalau orang me¬min¬ta dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak segan-segan ia akan memberikan apa yang dimilikinya.
(cetak miring: kalimat topik)
2)  Kepaduan (coherence)
Paragraf yang baik harus memperlihatkan hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu. Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat topik.
Selanjutnya, bagaimana cara menciptakan kepaduan antarkalimat dalam sebuah paragraf? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, masih ingatkan Anda ketika Anda masih kecil menyanyikan lagu Bangun Tidur? Secara lengkap, apabila ditulis dalam sebuah paragraf akan berbunyi sebagai berikut.
Bangun tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa menggosok gigi (2). Habis mandi kutolong ibu (3). Membersihkan tempat tidurku.

            Paragraf di atas dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling berhubungan karena adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi dilakukan sebelum mandi, dan setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk membersihkan tempat tidur. 
Uraian di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut, atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. Perhatikan contoh berikut!
            Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang saya tulis.
3) Kelengkapan (completeness)
            Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.
4) Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan, kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.

BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
·           Unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf
o    Topik atau gagasan utama
o    Kalimat Utama atau Pikiran Utama
o    Kalimat Penjelas
o    Judul atau Kepala Karangan

·           Penempatan kalimat utama dalam paragraf
o    Paragraf Deduktif (awal paragraf)
o    Paragraf Induktif (akhir paragraf)
o    Paragraf Variatif ( awal dan akhir paragraf)
o    Deskriptif/naratif ( pikiran utama tersirat)

·           Pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam kesatuan paragraf
o    Urutan Logis
o    Urutan Kronologis
o    Urutan klimaks dan Antiklimaks

·           Mengembangkan paragraf dengan teknik bervariasi
o    Pengembangan dengan Hal-hal yang khusus
o    Pengembangan dengan Teknik Klasifikasi
o    Pengembangan dengan alasan-alasan
o    Pengembangan dengan perbandingan
o    Pengembangan dengan contoh-contoh
o    Pengembangan dengan defenisi Luas
o    Pengembangan dengan campuran

·           Paragraf yang baik memenuhi hal berikut :
o    Kesatuan
o    Kepaduan
o    Kelengkapan
o    urutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar