BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa
tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule,
1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang
mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf
memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri
atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan
topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki
potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali
suatu paragraf.
Pengidentifikasian secara
formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara visual paragraf biasanya
ditandai adanya indensasi. Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara
visual dikenali sebagai paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan
pokok pikiran? Idealnya tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara
baik. Namun, kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf
dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraf.
I.2
Sasaran Pembelajaran
1.
Menunjukkan
unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf;
2.
Menjelaskan
cara penempatan kalimat utama dalam paragraf;
3.
Membedakan
pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam kesatuan paragraf;
4.
Mengembangkan
paragraf dengan teknik yang bervariasi;
5.
Menata
tulisan dalam kesatuan paragraf yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus
memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat
berfungsi dengan sebagaimana mestinya.
1. Topik atau tema atau gagasan utama
atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam
pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf
atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak
keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Kalimat utama atau pikiran utama,
merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan
kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di
awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
3. Kalimat penjelas, merupakan kalimat
yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan
kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
4. Judul (kepala karangan), untuk
membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu :
•Provokatif (menarik)
•Berbentuk frase
•Relevan (sesuai dengan isi)
•Logis
•Spesifik
II.2 Cara penempatan kalimat utama
dalam paragraf
1. Paragraf Deduktif ( pikiran utama pada
awal paragraf)
Paragraf yang
dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang tertuang dalam satu kalimat.
Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut diberikan melalui sejumlah kalimat
penjelas.Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran utama yang mudah terbaca oleh pembaca
dan dapat mengundang perhatian yang bersangkutan untuk mengikuti penjelasan
selanjutnya.
Contoh : Materi lebih lanjut mengemukakan perbedaan mahasiswa zaman dulu dan
sekarang. Pada zaman dulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajah. Pada
zaman sekarang mereka dapat merasakan hawa
kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat
untuk mengembangkan diri mereka pada masa sekarang ini cukup terbuka, hanya
bergantung kepada kegiatan mereka masing-masing.
2. Paragraf Induktif( Pikran Utama pada
akhir Paragraf)
Pikiran utama paragraf dapat juga
ditempatkan pada akhir paragraf.
Paragraf jenis ini disusun dengan lebi dahulu
mengemukakan kalimat kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama
yang memuat pikiran utama. Pengembangan pikiran utama dilakukan secara bertahap
dan mencapai klimaks pada akhir paragraf.paragraf seperti ini disebut paragraf
induktif (mengikuti cara berfikir dari khusus ke umum).
Contoh:
Ia
membuat usaha dengan modal yang terbatas. Pelanggannya terdiri atas pekerjaan
kasar dan penjual eceran dipasar yang singgah di warungnya sarapan sebelum
pergi bekerja. Karena pelayannya yang baik, ia akhirnya dapat memperbesar
usahanya dan berhasil menikmati keuntungan yang lumayan. Pengalaman itulah yang
mengajarkan kepadanya bahwa modal penting dalam hidupnya adalah kemauan dan
ketekunan.
3. Paragraf Variatif (Pikiran Utama Pada
Awal dan Akhir paragraf)
Kalimat utama dapat
ditempatkan pada awal pragraf dan di ulang pada akhir paragraf. Maksud
pengulangan ini adalah memberikan tekanan pada pikiran utama paragraf dan
sebagai penegasan kembali isi pernyataan yang dikemukakan pada awal paragraf.
Pengulangan tersebut dilakukan dengan mengubah bentuk kata katanya dan struktur
kalimatnya, tetapi pikiran utamanya tetap sama. Paragraf yang demikian
merupakan perpaduan paragraf deduktif dan induktif.
Contoh :
Pemerintah menyadari bahwa rakyat
indonesia memerlukan rumah murah, sehat, dan kuat. Dinas pekerjaan umum sudah lama
menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Agaknya bahan perlit yang
diperoleh dari batu batuan gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli.
Bahan ini tahan api dan tahan air. Lagi pula , bahan perlit dapat di cetak
menurut keinginan seseorang. Usaha ini
menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat, dan kuat
untuk memenuhi keperluan rakyat.
4. Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat
Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran
utama tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentiingnya dan
bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf. Kalimat
kalimat itu merupakan satu kesatuan isi.
Paragraf tanpa kalimat utama dipakai
dalam tulisan deskriptif dan naratif.
Contoh :
Lewat
jendela dan pintu kaca yang luas, pandangan bisa tembus ketata kebun yang asri
dihalaman depan maupun belakang rumah. Kolam hias dengan bukit batu lengkap
dengan gemereciknya air berpadu dengan tanaman tanaman pangkas yang terawat
rapi. Jauh di halaman belakang beberpa pohon mangga, rambutan, jambu air, dan
belimbinng meneduhi kursi kursi untuk para pasien menunggu giliran dipanggil.
II.3. Pengurutan kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan kalimat penjelas
dapat disusun menjadi paragraf yang baik dengan menggunakan urutan tertentu.
Urutan kalimat dalam paragraf dapat disusun menurut urutan logis, urutan
kronologis, dan urutan klimaks atau anti klimaks. Urutan tersebut akan
dijelaskan secara singkat dengan contoh masing masing berikut ini.
3.1 Urutan Logis
Urutan logis ialah urutan
yang menyebutkan lebih dahulu hal hal yang umum, kemudian kehal hal yang khusus
atau sebaliknya. Jadi, boleh dikatakan bahwa kalimat yang memuat pikiran
penulis diurut secara sintesis dan analis.
Conntoh :
(1) Manusia adalah ciptaan tuhan yang
paling sempurna dan paling berkuasa di bumi atau di dunia. (2) dikatakan
demiikian sebab ia diizinkan oleh tuhan memamfaatkan semua isi alam ini untuk
keperluan hidupanya. (3) meskipun demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti,
menyiksa, atau menyia-nyiakannnya.
Pada paragraf di atas
urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukan jalan pikiran yang masuk akal
(logis) atau penalaran yang wajar. Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah
urutannya, tentulah jalan pikiran itu tidak logis. Misalnya, kita ubah
susunannya menjadi (1), (3), dan (2) atau (2), (1), dan (3). Susunan itu tidak
logis, bukan?
3.2 Urutan Kronologis
Urutan kronologis
merupakan urutan kejadian menurut waktu. Peristiwa yang digambarkan dalam
paragraf diurut menurut tingkat perkembangannya dar waktu ke waktu. Urutan
tersebut dipakai pada tulisan naratif.
Contoh :
( 1)
Tepat pukul 08.00 upacara perngatan hari kemerdekaan RI dimulai. (2) bendera
merah putih di kibarkan diiringi lagu kebangsaan indonesia raya. (3) Peserta
upcara kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang
telah gugur. (4) Dua mahasiswa tampil untuk membaca teks proklamasi dan
pmbukaan undang- undang dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor memberikan pidato
sambutan entang proklamasi kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 agustus 1945.
(6) Kira-kira pukul 10.00 upacara di akhiri dengan pembacaan doa.
3.3 Urutan Klimaks dan Antiklimaks
Pada paragraf ini
mula-mula disebutkan pernyataan atau kejadian biasa, kemudian lambat laun
meningkat menjadi makin penting menonjol/tegang, sampai pada yang paling
penting.
Kalimat terakhir adalah kalimat
pernyataan yang paling penting dan menjadi klimaks dari serangkaian pernyataan
sebelumya (contoh 7a). Hal yang sebaliknya bisa juga dilakukan, yaitu paragraf
dimulai dengan pernyataan yanng paling penting atau paling menonjol, kemudian
menyusul pernyataan-pernyataan lain yang kadar kepentingannyamakin kurang.
Kalimat akhir merupakan antklimaks dari pernyataan sebelumnya (contoh 7b).
Contoh (7a) :
(1) Pancasila telah beberapa kali
dironggrong. (2) Beberapa kali filsafat negara RI hendak diubah ataupun
dipreteli. (3) Setiap usaha hendak mengubah dan mempreteli pancasila ternyata
gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah dipersiiapkan dengan matang dan teliti,
semuanya tetap dapat dihancurkan. (5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh (7b) :
(1) Kebahagiaan tidak semata mata
ditentukan oleh banyaknnya uang yang dimiliki oleh seseorang. (2) Uang memang
penting, tetapi kebahagiaan seseorang tidak bergantung kepada uang yang
dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan bergantung kepada uang semata-mata, pastilah
orang-orang yang kaya saja dapat menikmati kebagiaan. (4) Kenyataannya tidak
demikian. (5) Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak bahagia. (6)
Sebaliknya, banyak orang yang miskin harta, tetapai berbahagia hidupnya.
Contoh kalimat (7b) ini merupakan
kebalikan dari contoh (7a). Urutan pernyataan dapat dimulai yang paling penting
atau paling menonjol. Kalimat-kalimat berikutnya memuat pernyaan yang kadar
isinya makin menurun dan diakhiri dengan pernyataan biasa. Urutan seperti
inilah yang disebut antiklimaks.
II.4. Pengembangan Paragraf dengan
teknik bervariasi
4.1. Pengembangan umum khusus-khusus
umum
Cara pengembangan paragraf
umum khusus-khusus umum merupakan cara yang paling umum dipakai. Paragraf umum
khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian
rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya paragraf
khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir
paragraf disampaikan generalisasinya. Jadi paragraf umum khusus bersifat
deduktif, sedangkan paragraf induktif bersifat khusus umum. generalisasinya.
Jadi paragraf umum khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf induktif
bersifat khusus umum.
Contoh :
Salah
satu kedudukan bahasa indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) kedudukan
ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
(3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh
kenyataan bahwa bahaa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua franca selama berabad-abad di
seluruh tanah air kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya
“persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa
daerah yang lain untu mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
4.2. Pengembangan dengan teknik
klasifikasi
Dalam pengembangan
karangan kadang-kadang diperlukan pengelompokan hal-hal yang mempunyai
persamaan. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama
mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan
satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain (keraf dalam Mudlofar 2002:
103).
Contoh :
Berdasarkan
tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja indonesia
dapat dibagi tiga kelompok, ketiga kelompok itu adalah mereka yang berpedidikan
dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi.
Kelompok yang berpendidikan rendah lebih banyak dari pada yang berpendidikan
menengah atau tinggi.
4.3. Pengembangan dengan Alasan-alasan
Pengembangan
menurut pola ini,fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu itu dikemukakan lebih dulu,kemudian disusul
oleh rincian-rincian sebagai akibatnya .
Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh :
Keluarga
berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) ibu tidak selalu
hidup merana karena setiap tahun melahirkan. (3) bapak tidak perlu terlalu
pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun
tidak terlantar hidupnya.
4.4 Pengembangan analogi
Pengembangan analogi biasanya
digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang
tidak dikenal umum.
Contoh :
Pantun
dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya tergolong
puisi lama yang terdiri atas empat baris. (3) Pada syair keempat barisnya
merupakan isi sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan
keempat. (4) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari
sastra Arab.
4.5. Pengembangan contoh-contoh
Gagasan yang terlalu umum sifatnya
sulit dipahami. Agar pembaca menjadi jelas diperlukan ilustrasi-ilustrasi
konkret. Ilustrasi konkret inilah yang nantinya dikembangkan menjadi
contoh-contoh.
Contoh :
Kata-kata
pungutan itu ada yang telah lama masuk, ada juga yang baru masuk. (2) Baik yang
telah lama maupun yang baru, ada yang benar-benar sudah menjadi bahasa
Indonesia , Misalnya : Saya, sabun, pasar, kursi, meja, dsb. (3) ada juga yang
masih terasa asingnya, misalnya: insaf, sukses, akhlak, proses, dan sebagainya.
4.6. Pengembangan definisi luas
Yang dimaksud pengembangan definisi
luas ialah pengarang bermaksud memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah
istilah atau hal (keraf dalam Mudlofar 2002: 102).
Contoh :
Apa dan
siapakah pahlawan itu? Bahwa pahlawan adalah orang yang berpahala. Mereka yang
berbuat baik, melaksanakan kewajiban dengan baik, berjuang tanpa pamrih adalah
pahlawan. Pahlawan menurut balas jasa, tidak ingin dihargai, tidak ingin
meminta pengakuan dari orang lain.
4.7 pengembangan dengan campuran
Pada pola pengembangan itu
rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau
lebih cara pengembangan paragraf. Misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan
sebab-akibat, atau dengan perbandingan dan sebagainya.
Contoh :
Bahasa
tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam
percakapan. (2) Umumnya bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3)
Kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) Lagipula bahasa tutur
hanya mengguanakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari. (5) Sudah barang
tentu sering digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang memang digunakan hanya
dalam bahasa tutur, misalnya : bilang, pelan, bikin, enggak, dsb. (7) Lafal pun
sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya : dapet (dapat), malem
(malam), ampat (empat), dsb. (8) Bahkan juga sering digunakan urutan kata yang
menyimpang dari bahasa umum, misalnya : ini hari, itu orang, dsb.
II.5. Paragraf yang baik
1) Kesatuan (Unity)
Anda
tentunya pernah mengalami kesulitan tentang cara mengakhiri atau berganti
paragraf ketika mendapat tugas mengarang dari guru Anda. Kesulitan itu terjadi
karena Anda kurang memahami bahwa tulisan Anda telah berganti kalimat topik.
Perubahan topik itu merupakan tanda pergantian paragraf.
Paragraf
yang mengandung banyak kalimat topik dapat mengaburkan maksud sehingga dapat
membingungkan para pembaca. Apabila ada sebuah paragraf yang memiliki dua
kalimat topik, paragraf tersebut dapat dikatakan tidak memiliki unsur kesatuan.
Paragraf harus memperlihatkan suatu maksud dengan jelas, yang biasanya didukung
oleh sebuah kalimat topik atau kalimat utama, seperti tampak pada contoh
paragraf di bawah ini!
Di
masa kecil, Bung Hatta berkembang seperti anak-anak biasa, tetapi ia kurang
memiliki sahabat ber¬main. Hal itu disebabkan tetangga-tetangga Bung Hatta
tidak mempunyai anak seusianya dan di keluarganya sendiri Hatta me¬ru¬pakan
satu-satunya anak lelaki. Kadang-kadang Bung Hatta bermain sendiri dengan cara
membuat miniatur lapangan bola, sedangkan pemain-pemainnya dibuat dari gabus
yang dibebani dengan timah. Bola dibuatnya dari manik bundar. Hatta mema¬in¬kan
sendiri permainan sepak bola itu dengan asyiknya.
Bung
Hatta termasuk orang hemat. Setiap kali diberi uang belanja orang tuanya, yang
pada waktu itu sebenggol, ia selalu menabungnya. Caranya, uang logam itu
disusunnya sepuluh-sepuluh dan disimpan di atas mejanya. Jadi, setiap orang
yang mengambil atau mengusiknya, Hatta selalu tahu. Namun, kalau orang
me¬min¬ta dengan baik dan Hatta menganggap perlu diberi, tak segan-segan ia
akan memberikan apa yang dimilikinya.
(cetak miring: kalimat topik)
(cetak miring: kalimat topik)
2) Kepaduan (coherence)
Paragraf yang baik harus memperlihatkan
hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat
yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu.
Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu
dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat
topik.
Selanjutnya, bagaimana cara menciptakan
kepaduan antarkalimat dalam sebuah paragraf? Sebelum menjawab pertanyaan
tersebut, masih ingatkan Anda ketika Anda masih kecil menyanyikan lagu Bangun
Tidur? Secara lengkap, apabila ditulis dalam sebuah paragraf akan berbunyi
sebagai berikut.
Bangun tidur kuterus mandi (1). Tidak lupa
menggosok gigi (2). Habis mandi kutolong ibu (3). Membersihkan tempat tidurku.
Paragraf di atas dibangun atas empat kalimat. Kalimat pertama sampai keempat saling berhubungan karena adanya urut-urutan waktu dan tempat. Waktu menggosok gigi dilakukan sebelum mandi, dan setelah mandi membantu ibu di kamar tidur untuk membersihkan tempat tidur.
Uraian di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam
sebuah paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam
paragraf yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok
kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama
atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut,
atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. Perhatikan contoh
berikut!
Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang saya tulis.
Saya merasa stres ketika mendapat tugas mengarang. Saya bingung untuk memulainya. Selain itu, saya sering berhenti ketika mengarang karena kehabisan ide. Kehabisan ide tersebut terjadi karena saya kurang memiliki wawasan yang cukup tentang apa yang saya tulis.
3) Kelengkapan (completeness)
Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.
Paragraf dikatakan lengkap apabila dibangun atas beberapa kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik. Paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya dikembangkan dan diperluas dengan pengulangan-pengulangan, atau kurang memiliki kalimat penjelas yang memadai. Dengan demikian, paragraf yang mengandung unsur kelengkapan selalu dibangun atas beberapa kalimat, bukan satu atau dua kalimat. Paragraf yang hanya memiliki satu atau dua kalimat dapat membuat pembaca merasa kesulitan memahami makna detil dalam paragraf.
4) Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan
kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide
secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan,
kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
·
Unsur-unsur
yang membangun sebuah paragraf
o
Topik
atau gagasan utama
o
Kalimat
Utama atau Pikiran Utama
o
Kalimat
Penjelas
o
Judul
atau Kepala Karangan
·
Penempatan
kalimat utama dalam paragraf
o
Paragraf
Deduktif (awal paragraf)
o
Paragraf
Induktif (akhir paragraf)
o
Paragraf
Variatif ( awal dan akhir paragraf)
o
Deskriptif/naratif
( pikiran utama tersirat)
·
Pengurutan
kalimat utama dan kalimat penjelas dalam kesatuan paragraf
o
Urutan
Logis
o
Urutan
Kronologis
o
Urutan
klimaks dan Antiklimaks
·
Mengembangkan
paragraf dengan teknik bervariasi
o
Pengembangan
dengan Hal-hal yang khusus
o
Pengembangan
dengan Teknik Klasifikasi
o
Pengembangan
dengan alasan-alasan
o
Pengembangan
dengan perbandingan
o
Pengembangan
dengan contoh-contoh
o
Pengembangan
dengan defenisi Luas
o
Pengembangan
dengan campuran
·
Paragraf
yang baik memenuhi hal berikut :
o
Kesatuan
o
Kepaduan
o
Kelengkapan
o
urutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar